Mohon tunggu...
Widiya Solihat
Widiya Solihat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Pemimpin yang Selesai dengan Dirinya Sendiri

23 Desember 2018   08:57 Diperbarui: 23 Desember 2018   09:19 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada pengalaman menarik ketika saya bertanya kepada pengguna jasa KRL Jakarta-Bogor tentang situasi politik di Indonesia terutama menjelang pemilihan presiden tahun depan. Yang ditanya menjawab bahwa sejujurnya dari 2 calon presiden belum ada yang benar-benar ia merasa sreg dengan keduanya. 

Keduanya memiliki kekurangannya masing-masing, pernyataan ini menunjukkan bahwa rakyat memang menuntut standar tinggi untuk pemimpinnya. Padahal sebenarnya standar tinggi tidak hanya untuk pemimpin kita, tetapi pada diri kita sendiri karena pada hakikatnya kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri.

Pemimpin yang selesai dengan dirinya sendiri berarti pemimpin yang selesai dengan urusan hatinya, urusan hati tentang niat yang melandasi setiap perbuatannya. Niatnya bukan lagi karena sesuatu dari makhluk, harta benda, popularitas, pujian, atau bahkan ucapan terima kasih. 

Hanya ridho dari Tuhan-Nya dan kebermanfaatan sebanyak-banyaknya demi masyarakat yang lebih baik yang menjadi harapannya. Niat yang lurus akan membawa diri yang tidak tinggi hati jika dipuji dan tidak rendah diri jika dicaci.

Pemimpin yang selesai dengan dirinya berarti pemimpin yang juga selesai dengan kebersihan dirinya. Belum pas rasanya ketika kita berbicara tentang membenahi umat, sementara pada kebersihan tubuh kita, kita masih abai. Belum pas ketika kita bicara tentang menyelesaikan masalah umat sementara tempat tidur dan isi lemari sendiri masih tak karuan.

Pemimpin yang selesai dengan dirinya sendiri berarti pemimpin yang mandiri dan mengenal dirinya sendiri. Ia mengetahui visi, misi, kelebihan, dan kelemahan yang ia miliki agar terampil berefleksi; mampu mengenali kesalahan diri dan tahu cara terbaik menyelesaikan masalah pribadi. 

Ia juga orang yang mampu berdiri di atas kaki sendiri, tahan banting; bisa memegang prinsip selama ia berada dalam kebenaran, tentu kebenaran versi Tuhan bukan hanya versi sendiri. Ia tidak bergantung pada orang lain, tapi bergantung pada imannya sehingga mampu memiliki integritas dimanapun berada.

Pemimpin yang selesai dengan dirinya sendiri berarti pemimpin yang terpuji meski sedang sendiri. Bukan sekadar citra publiknya yang baik, tapi memang citra privasinya pun baik. Ia mampu menahan hawa nafsunya sendiri dari maksiat ketika tidak ada orang yang melihat karena ia yakin bahwa Tuhan Maha Melihat.

Berbicara karakter pemimpin yang selesai dengan dirinya sendiri memang berbicara karakter yang sangat ideal. Tapi bukan berarti kita bisa berkelit karena sulit. Semuanya butuh proses. Proses untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sesederhana mungkin di masa depan tidak akan ada lagi korupsi, karena memang para calon pemimpin sudah selesai dengan urusan niat di hatinya.

 Teruntuk siapapun yang sedang berproses, bersabarlah. Bersabarlah agar kita bisa sampai pada versi terbaik dari diri kita. Setiap kita adalah pemimpin bagi diri sendiri dan akan diminta pertanggungjawabannya. Semoga kita mampu selesai dengan diri sendiri sehingga tidak termasuk orang-orang yang menzalimi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun