Mohon tunggu...
Widiya Solihat
Widiya Solihat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komunikasi Asertif

30 November 2018   07:58 Diperbarui: 30 November 2018   09:04 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kamu berkonflik dengan seseorang? Apakah konflik tersebut berlarut-larut atau segera dapat teratasi? Lalu, apa biasanya yang membuat konflik itu berlarut-larut dalam waktu yang lama atau dapat teratasi segera dalam waktu yang cepat? Menurutku, jawabannya komunikasi. Namun, komunikasi saja tak cukup. Diperlukan komunikasi asertif yang pada akhirnya bisa menemukan titik temu antara pihak yang berkonflik, hingga akhirnya kedua pihak tersebut merasa nyaman satu sama lain.

Hal yang biasanya membuat konflik berlarut-larut adalah tidak adanya komunikasi antara pihak yang berkonflik. Terjadi kesalahpahaman yang tidak diluruskan karena adanya prasangka satu sama lain. Pernahkah kamu bertanya pada lawan bicaramu apa yang membuatnya marah ketimbang menghakimi bahwa dia adalah seorang pemarah? Terkadang manusia memang seperti itu. Terlalu cepat mengambil jalan pintas dan tak mau berpikir kritis. 

Cobalah untuk terbuka pada berbagai sudut pandang, sekalipun itu bertentangan. Ada kalanya kita harus memilih sepakat untuk tidak sepakat jika memang benar-benar tidak menemukan kesamaan. Namun, setidaknya kita melatih diri untuk bersikap empati. Merasakan apa yang orang lain rasakan sekaligus memperkaya sudut pandang.

Komunikasi memiliki banyak fungsi, antara lain untuk mendapatkan informasi, menyatakan apa yang kita rasakan, atau mencari penyelesaian bersama dari suatu permasalahan. Komunikasi dapat menjadi kunci yang membuka gerbang antara dua sudut pandang. Kesimpulan hasil komunikasi bukan lagi sebuah asumsi. Sikap tertutup ataupun eksklusivitas dapat mempersempit kesempatan kita untuk berkembang. 

Berkembang dengan cara menambah relasi dan mendobrak diri untuk keluar dari zona nyaman. Ketika kita merasa bahwa hidup itu 'gitu-gitu aja', cobalah cek barangkali kita terlalu asik menetap di zona nyaman dan tidak mau terpapar hal-hal yang bersebrangan dengan apa yang kita inginkan.

Manusia terkadang hanya mendengar apa yang ingin ia dengar. Itu hal yang wajar karena pada dasarnya manusia menyukai kenyamanan. Tapi jika kamu ingin berkembang dan memiliki sudut pandang lebih luas, cobalah untuk mau mendengar apa yang tidak kamu sukai, kritik misalnya. Berkonflik dengan seseorang jika dihadapi dengan bijak, bisa menjadi momen untuk 'panen kritik'. Lihatlah kritik dengan cara positif. Justru itu adalah saat-saat kita bisa melihat apa yang masih kurang dalam diri kita. 

Ibarat gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Manusia terkadang dengan mudahnya menemukan kesalahan orang lain, tapi kesulitan menemukan kesalahannya sendiri. Jika kita mau mendengarkan 'uneg-uneg' orang yang sedang berkonflik dengan kita, kita bisa menemukan kesalahan-kesalahan kita untuk selanjutnya menjadi bahan evaluasi diri menjadi pribadi yang lebih baik. Intinya, bersikaplah terbuka terhadap pandangan orang yang berkonflik dengan kita.

Selanjutnya komunikasikan secara asertif (tegas) bagaimana masalah dari sudut pandangmu. Jangan terlalu agresif (bernafsu menyerang) atau juga submissif (bersikap tunduk). Hal yang perlu diingat adalah ketika kita berkonflik dengan orang lain, sedikit banyak ada kesalahan kita yang menjadi penyebabnya. Konflik pasti disebabkan oleh kedua belah pihak, cobalah untuk tidak menyalahkan. 

Pada dasarnya, ketika kita menunjuk kepada orang lain dengan 'telunjuk' kita, ada empat jari yang tersisa bahkan tiga jari di antaranya menghadap pada diri kita sendiri. Sebelum kita mengkomunikasikan apa yang menjadi kesalahan orang lain, pastikan kita sudah menganalisis perilaku apa yang salah dari diri kita yang memiliki kemungkinan merupakan 'biang' masalah.

Asertif berarti tegas, jelas, dan tidak ragu-ragu. Ayo kita mengupgrade diri kita dengan cara bersikap tegas, bukan hanya pada orang lain tetapi yang lebih utama adalah pada diri kita sendiri. Kurangi pemakluman yang biasa kita berikan pada diri kita sendiri. Tak apa, cicipilah cemilan kehidupan yang terkadang pahit seperti obat, yang pada akhirnya memberikan manfaat. Kurangi berkonflik dengan komunikasi asertif. 

Komunikasikan apa yang merupakan kesalahan kita dan tunjukkan kesalahan orang lain. Analisis apa yang menjadi biang masalah dan temukan solusi bersama. Buatlah diri kita dan orang lain merasa nyaman satu sama lain, saling menunjukkan kesalahan bukan untuk menjatuhkan.Melainkan untuk menemukan solusi, hubungan menjadi lebih baik, dan tentunya kita mendapat insight apa yang seharusnya kita lakukan agar memiliki karakter yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun