Belum genap sebulan sejak kematian istri Indro Warkop karena kanker paru-paru, kabar duka kini datang dari Titi Qadarsih, aktris kawakan yang dikabarkan meninggal Senin (22/10) kemarin, lagi-lagi karena kanker. Aktris serba bisa sekaligus mantan musisi ini meninggal pada usia 73 tahun akibat penyakit kanker usus yang dideritanya.
Kanker usus yang diderita oleh Titi bisa dibilang salah satu jenis kanker yang mematikan. Penyakit ini merupakan penyebab kematian terbesar kedua untuk pria dan terbesar ketiga untuk wanita. Â Dilansir dari CNNIndonesia, kanker usus yang juga dikenal dengan nama kanker kolorektal ini menyerang usus besar atau rektum, tergantung dengan bagaimana awal mula kanker itu muncul. Pertumbuhan awal ini biasa disebut dengan polip. Umumnya, polip berkembang menjadi kanker dalam kurun waktu 10-15 tahun. Lama sekali, ya! Meski begitu, tak semua polip akan berkembang menjadi sel kanker, kok.
Setelah berkembang menjadi kanker, gejala berupa perubahan pada kebiasaan buang air besar seperti diare, konstipasi, hingga konsistensi tinja yang berlangsung lebih dari empat pekan akan muncul. Â Selain itu, adanya pendarahan pada tinja juga memperkuat gejala akan adanya gangguan pencernaan akibat kanker yang mulai tumbuh ini. Gejalanya tampak sepele, ya. Seperti hanya terkena gangguan pencernaan biasa karen salah makan atau kekurangan serat. Itulah mengapa kanker menjadi salah satu penyakit yang sulit dideteksi, sehingga berakibat pada penanganan yang terlambat.
Indikasi lainnya adalah munculnya rasa tidak nyaman pada perut seperti nyeri dan kram. Selain itu, penderita juga akan merasa ada sesuatu yang mengganjal di usus. Rasa lelah dan terjadinya penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas juga patut diwaspai terkait dengan gejala penyakit ini.
Kanker memang dikenal sebagai salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Penyakit ini pada dasarnya disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan hormon yang mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang biasanya dikenal sebagai tumor ganas. Selain itu, kanker juga ditandai  dengan adanya kelainan siklus sel yang menyebabkan sel tumbuh secara tidak terkendali hingga menyerang jaringan biologis disekitarnya. Namun, tidak semua kanker membentuk tumor kok, contohnya leukemia.
Yang membuat penyakit ini sulit ditangani adalah tidak adanya gejala atau keluhan yang dirasakan saat kanker mulai tumbuh. Gejala tersebut akan dirasakan justru saat kanker sudah meluas.
Penyebab kanker umumnya adalah gaya hidup yang tidak sehat, kurang olahraga, dan pola makan yang tidak terjaga. Banyak mengonsumsi  daging merah dan daging olahan juga bisa meningkatkan resiko terkena kanker usus. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga juga disinyalir membuat kondisi imun tubuh kurang kuat, sehingga sel kanker lebih mudah menyerang tubuh.
Kendati demikian, olahraga belum benar-benar bisa dikatakan menjadi indikator pencegah resiko penyakit kanker. Faktanya, atlet yang notabene berolahraga setiap hari saja juga beresiko terkena kanker.
Mungkin masih segar dalam ingatan kita bagaimana Lee Chong Wei, atlet bulutangkis Malaysia mengumumkan penyakit kanker hidung yang dideritanya melalui akun Instagram pribadinya. Setelah didiagnosis terkena kanker hidung, Lee Chong Wei menjalani pengobatan di Taiwan dan kini telah berhasil sembuh, sehingga bisa kembali ke Malaysia.
Kisah lain terjadi pada Valentinus Nahak, atlet tinju asal Bali yang meninggal pada Agustus silam setelah beberapa pekan berjuang melawan kanker kelenjar getah bening yang dideritanya. Kala itu, Valen masih menjalani pelatihan nasional untuk menghadapi Asian Games 2018. Namun sayangnya, ia harus dipulangkan ke Bali untuk menjalani pengobatan.
Berbeda dengan Lee Chong Wei yang masih mengidap kanker stadium awal, kanker yang diderita Valen bisa dibilang sudah stadium lanjut. Karena kondisinya terus memburuk, Valen akhirnya dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar dan hanya bertahan selama enam hari menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.