Tempat Terbaik
Hati gundah tatkala lambaian kasih sang surya mulai pergi menjauh dari pandanganku, pandanganku jauh ke barat walau tak tampak di muka tetapi pandanganku jauh menembus ratusan mil jarak yang membentang. Mengikuti jalan sang surya senja yang mulai turun kepada asalnya. Rotasi bumi memang mengakibatkan siang malam tapi hati ini tak pernah terotasi untuk mengubah mimpi . meskipun kegelapan malam menyambut di depan tetapi sinar suci sang rembulan akan selalu menerangi kesunyian malam. Hamba percaya bahwasanya semua takdir ada di tangan sang maha esa. Tetapi hamba lah yang harus bertawakal dan berikhtiar demi sebuah cita-cita mulya. Mengabdi kepada negeri nan kaya nusantara dengan sejuta pesona .
Malam itu pula saya teringat dengan sebuah pesan , dari Ibnu Atho’illah As-Sakandari dalam syarah nya yang sampai sekarang susah untuk kucerna maknanya. “kemauan yang menggelora tidak akan mampu menembus tirai takdir” . sepenggal kalimat penuh makna yang sampai sekarang masih menjadi pertanyaan bagi diri saya. Apakah orang bodoh yang sudah belajar tekun tetapi dirinya ditakdirkan pada garis takdir kebodohan tidak bisa menjadi seseorang yang elok pikirnya dan cerdas otaknya. Mungkin ilmu saya belumsampai untuk menafsirkan pesan tersebut.
Hampir saja hancur harapan masa depan , keputusasaan akan suatu kegagalan yang diterima . tetapi tidak seperti itu hakikat manusia diciptakan. Bangkit dan percaya terus berusaha itulah sesungguhnya makna dari awal keberhasilan seseorang, walaupun harapan ke barat tak sampai , masih ada jalan lain menuju kesuksesan. Jalan baru kuambil langkah baru harapan baru tempat baru sebagai tujuan , ternyata disanalah jalan takdirku menimba ilmu .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI