Mohon tunggu...
Widia Lestari
Widia Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Writer and Student

Ra.si.o.nal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pencak Silat Kebatinan Padepokan Sapu Jagat: Budaya Luhur Identitas Bangsa

3 September 2021   12:55 Diperbarui: 3 September 2021   12:57 2132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ditulis oleh TIM PKM-RSH UPI (Annisa Fadillah, Rani Trianti, Dendi S, Widia Lestari, Asep Dahliyana, S.Pd., M.Pd.)

Kata orang negeri ini elok dan permai: Miliki ragam bahasa yang rupawan, kekayaan alam berlimpah sejauh mata memandang, budayanya pun tak kalah memesona. Kata orang negeri ini luar biasa: antar suku punya semboyan yang sama, satu suara---Bhineka Tunggal Ika.

Indonesia memang "raja"-nya tentang kelimpahan budaya. Masyarakat internasional pun mengakui keelokan budayanya, mulai dari Sabang sampai Merauke, masing-masing daripadanya memiliki suatu kekhasan. 

Kebudayaan memang menjadi identitas suatu bangsa---menunjukkan bagaimana jati diri dalam membentuk karakter di masyarakat Indonesia. Kebudayaan ini kemudian tumbuh dan berkembang bahkan pada masyarakat suatu daerah, kita mengenalnya dengan sebutan "Kearifan Lokal". 

Berlandaskan pada nilai-nilai kebhinekaan, ragam perbedaan kearifan lokal di setiap daerah tentu saja perlu dilestarikan dan diberdayakan, karena selain sebagai pembetukan "watak masyarakat", kearifan lokal di Indonesia mampu menjadi sumber pendapatan bagi negara, lewat daya tarik wisatanya. 

Namun, seiring berkembangnya zaman, bergantinya teknologi secara cepat, membawa arus yang memiliki nilai seperti dua mata pisau---bisa berdampak negatif dan positif---dengan dunia yang semakin "mengglobal" membawa budaya luar masuk dengan leluasanya ke masyarakat Indonesia, secara perlahan tapi pasti, ia menggerus kearifan lokal yang telah diwariskan dari nenek moyang. 

Banyak dari masyrakat daerah yang melakukan upaya pelestarian dan pertahanan terhadap budaya yang dimilikinya, salah satunya jika kita pergi bermain ke daerah, salah kecamatan yang ada di daerah Sukabumi, kita akan menemukan kearifan lokal yang unik. 

Dengan plang "Yayasan Pendidikan", seni bela diri Pencak Silat yang merupakan warisan dari para leluhur, ditumbuhkembangkan sebagaimana tujuan suci dari Pencak Silat itu sendiri; olah raga dan jiwa. Berbeda dari kebanyakan cabang-cabang bela diri Pencak Silat yang lainnya, Padepokan Sapu Jagat memadukan kegiatan fisik dengan pengolahan batin, yang kemudian oleh khalayak disebut sebagai "Pencak Silat Kebatinan". 

Tim PKM RSH dari Universitas Pendidikan Indonesia mencoba mencari tahu lebih dalam tentang salah satu kearifan lokal yang ada di Sukabumi ini. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, bisa dimengerti mengapa Pencak Silat di Sukabumi diberi label "kebatinan". 

Hal ini dikarenakan dalam praktiknya di lapangan, Pencak Silat Kebatinan ini mengajarkan para anggotanya untuk banyak melakukan zikir kepada Allah, kalimat-kalimat seperti "Subhanallah, alhamdulillah, Muhammad, Allahu Akbar" sering sekali disuarakan dalam tiap-tiap latihannya. Implikasi pengolahan kebatinan lewat zikir ini menjadikan salah satu anggotanya mengalami pengalaman spiritual yang berada diluar "nalar" manusia, "Jadi ini cerita luar biasa, neng. Pernah tiba-tiba ada orang di belakang, ada gank motor yang mukul dari pinggir. Ngga tahu, tiba-tiba aja kita tuh reflek menghindar sendiri."

Keunikan lain dari Pencak Silat Kebatinan ini juga adalah para anggota masyarakatnya yang secara reflek bisa melakukan gerakan silat tanpa latihan dan belajar terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena para anggotanya telah menguasai salah satu "Kunci Waris" yang menjadikan mereka "ahli" dalam hal-hal supranatural tertentu. Jalan untuk bisa mendapatkan "Kunci Waris" inilah dengan cara berzikir dan banyak mendekatkan diri kepada Allah---memiliki keteguhan dan keyakinan yang penuh terhadap Allah, maka gerakan silat apapun bisa dikuasai dengan mudah oleh para anggotanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun