Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Indonesia Sensor Twitter? Nggak Ngefek...

1 Februari 2012   15:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:11 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Langkah Twitter untuk memberlakukan sensor di tiap negara cukup menuai kontroversi. Namun, agaknya ‘warga’ Twitter atau Tweeps asal Indonesia tidak terlalu khawatir bahwa Indonesia akan memberlakukan penyensoran di media blogging 140 karakter ini. Pernyataan pihak Kominfo yang menjamin konten Twitter di Indonesia tidak akan dilakukan penyensoran, semakin menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir tentang pembungkaman kicauan di Twitter.

Mungkin di benak pemerintah kita, pemberlakuan sensor di Twitter hanyalah kebijakan sia-sia, meskipun Indonesia termasuk negeri dengan pengguna Twitter terbanyak. Toh, kalaupun ada penyebaran konten bermasalah seperti pornografi dan kejahatan, pemerintah Indonesia sudah punya senjata berupa UU ITE untuk menjerat pelaku ke ranah hukum.

Alasan beberapa negara yang mendukung sensor Twitter di negaranya adalah untuk menghindari pembicaraan negatif tentang penguasa setempat. Contohnya Thailand yang mendukung penyensoran karena mereka memiliki aturan yang melarang warganya untuk mengejek keluarga kerajaan.

Nah, Indonesia tidak seperti negara-negara yang sanggup membuat rakyatnya bungkam mengkritisi pemerintahnya. Lha wong di koran dan televisi saja setiap saat kita bisa lihat pemerintah kita “diserang” dengan kata-kata yang seenak udelnya keluar dari mulut orang kok. Jadi sepertinya pemerintah kita tidak melihat adanya ancaman nyata saat pengguna Twitter berkicau menjelek-jelekkan pemerintah. Nggak ngefek coy...

Karakteristik pengguna Twitter Indonesia saat ini juga dapat dengan mudah dinilai sebagai pengguna yang cenderung menyuarakan hal-hal yang ordinary atau biasa-biasa saja dan kurang kuat menyuarakan isu politik yang berpotensi mengganggu pemerintahan. Di tulisan terdahulu, saya pernah menyebut “ababil” atau ABG labil sebagai penguasa Twitter di Indonesia. Kelompok ini seringkali mengicaukan sesuatu yang biasa-biasa saja tanpa makna berarti dan sanggup menembus trending topic dunia. Pengguna Twitter dewasa tentu saja tidak sempat berpikir untuk membuat kata-kata semacam “4L4Y”, “Katy Is Bohay” atau “Justin Is Sesuatu” menjadi obrolan berkepanjangan di trending topic dunia.

Seandainya sensor Twitter itu pun berlaku di Indonesia, tampaknya Tweeps Indonesia terlalu kreatif untuk “ditaklukkan”. Boleh saja jika kata “revolusi” disensor di Twitter, tapi mungkin dengan penulisan gaya alay: “r3v0L03chy” bisa lolos dikicaukan. Nah, hal inilah yang malah bikin sensor menjadi sebuah olok-olok.

“Lagi kultwit soal tv digital, eh ko ramainya sensor twitter. Lebay beritanya, lebay komentarnya. *melebaykanmasyarakat-memasyarakatkanlebay*”

Kutipan itu adalah tweet yang dikicaukan pada 28 Januari 2012 lalu dari akun @tifsembiring yang tak lain adalah Menkominfo kita. Okelah, tampaknya berlarut-larut mengkhawatirkan sensor Twitter di negeri ini adalah sesuatu yang lebay. Eh tapi, jangan-jangan karena Menkominfo suka lebay di Twitter, jadinya kita bebas sensor yah? Kan nggak lucu pas berpantun-ria malah kena sensor… *uuppss*.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun