"Nanti lebaran mudik nggak?" pertanyaan ini hampir tiap saat ditanyakan ibu saya ketika melakukan percakapan video call dengan anak saya.
Tiap kali mendengarnya, saya hanya bisa tersenyum. Bagi saya, itu tanda bahwa ibu saya merindukan anak dan cucunya datang, dan selalu menanyakan rencana mudik meskipun Ramadan dan lebaran masih jauh.
Maka, ketika bulan Februari lalu saya mengabarkan kepada ibu saya bahwa sudah memegang tiket kereta api untuk mudik di akhir Ramadan, ibu saya terlihat bahagia. Terlihat jelas bahwa beliau sudah merindukan kedatangan kami, dan begitu mendengar kabar itu ia sudah menawarkan menu untuk berbuka puasa di akhir Ramadan.
"Berarti buka puasa di rumah kan? Mau buka pakai apa? Ikan nila bakar mau?" ujar ibu saya terdengar bersemangat.
Ya, setelah melalui war tiket begadang tiga malam, akhirnya saya berhasil mendapatkan tiket kereta api tujuan Semarang pada H-1 lebaran atau 30 Maret 2025 pagi. Artinya, sampai Stasiun Tawang Semarang masih siang dan lanjut perjalanan dengan kendaraan lain kurang lebih 2 jam menuju kampung halaman di Temanggung.
KAI memang membuka pembelian tiket mudik lebaran pada H-45, yang tentunya disambut dengan antusiasme tinggi masyarakat. Bagi saya, kereta api juga menjadi pilihan rasional dan paling nyaman untuk perjalanan mudik.
Maka, begadang sampai mata memerah dan siang harinya ngantuk pun rela saya jalani demi mendapatkan tiket mudik dengan kereta api.
"Asyik, mudiknya naik kereta api!" seru anak saya ketika saya berhasil memenangkan war tiket.
Tentu saja anak saya girang. Baginya naik kereta api menyenangkan dan tak bikin capek.
