Sahur di bulan Ramadan memang penuh tantangan. Sering terjadi insiden konyol saat sahur.
Tapi kalau cuma terlambat bangun, ah itu sudah terlalu mainstream. Terlalu umum dialami oleh orang-orang.
Ramadan tahun lalu, saya mencatatkan rekor hanya sekali terlambat bangun. Itupun terjadi saat istri dan anak-anak sudah duluan nginep di rumah mertua saya.
Namun, hal konyol lainnya juga terjadi di bulan Ramadan tahun lalu.
Seperti biasa, di awal-awal Ramadan, istri saya lah yang selalu bangun duluan sekitar jam 03.30 untuk menyiapkan menu sahur. Tapi kalau sudah mulai pekan ketiga ke atas, justru saya sebagai suami yang kerap bangun duluan, sekitar jam 04.00 ke atas.
Itulah mengapa menu sahur di sepertiga akhir Ramadan biasanya sudah menampilkan indomie rebus plus telur ceplok, atau paling mewah adalah sarden kalengan yang tinggal ditumis saja.
Tapi kejadian konyol ini terjadi sekitar pekan pertama Ramadan, ketika istri masih bangun lebih pagi dan menu sahur masih relatif bervariasi.
Saat itu antara sadar dan tidak, sayup-sayup terdengar bunyi-bunyi khas di dapur. Suara piring dicuci dan ditaruh di rak. Suara kompor dinyalakan, hingga suara telur ayam terjun ke minyak panas terasa khas sekali.
"Ayah banguun Yah...!! Adek banguun...!!" itu suara istri saya dari dapur membangunkan saya dan anak-anak.
Jika ia berteriak seperti itu, tandanya makanan sahur sudah hampir siap. Hmm, baiklah, akhirnya loading complete. Tubuh ini bisa bangkit dan mata sudah bisa melek.