Semakin sore, suasana Pelabuhan Bastiong seolah semakin sibuk dengan beragam aktivitas. Lepas jam kerja, sekitar pukul 17 waktu setempat, kapal ferry yang membawa penumpang dari Sofifi terlihat bersandar dan menurunkan penumpang.
Terlihat banyak di antaranya adalah para pegawai pemerintah yang berkantor di Sofifi, tetapi tinggal di Ternate. Ya, mereka adalah para penglaju via jalur laut.
Jika selama ini saya terbiasa merasakan dan melihat para penglaju di Jakarta dan sekitarnya, menggunakan moda bus atau kereta listrik, kali ini saya melihat sendiri bagaimana para pencari nafkah yang mengandalkan angkutan laut untuk berangkat dan pulang kerja.
Nadi kehidupan di Pelabuhan Bastiong menampilkan denyut yang menggambarkan betapa tak semudah itu hidup berjalan di daerah kepulauan.
Puluhan sepeda motor yang antre naik kapal untuk menyeberang, menggambarkan situasi yang berbeda dengan daerah-daerah perkotaan yang akses antarkota tak terpisah lautan.
Kemudian mobil ekspedisi atau pengantar paket yang mengoper bawaannya, menggambarkan tak semudah itu perjalanan barang antarpulau. Barangkali ketika ada orang dari Pulau Tidore yang berbelanja online dari Jakarta, bisa jadi ongkos kirimnya lebih mahal dibandingkan harga barang itu sendiri.
Maka bersyukurlah wahai online shopper yang hanya membayar 8 ribu atau 10 ribu rupiah untuk ongkos kirim saat berbelanja online.
Sore itu, di Pelabuhan Bastiong, mata saya juga merekam momen ketika sembako dan barang-barang kebutuhan masyarakat di seberang pulau harus dialihkan ke kapal atau perahu. Para pekerja atau buruh di pelabuhan tampak sibuk mengangkat dan memindahkan barang-barang tersebut.