Apa kabar beras premium? Lama nggak ketemu nih, kangen.
Saat melongok kotak penyimpanan beras di dapur, saya mencoba tetap kalem. Tapi kok, rasa-rasanya nggak bisa kalem nih, tiga hari ke depan sepertinya beras di dapur itu bakalan habis.
Kecuali, ya kecuali dalam tiga hari ini kami masak mie instan tiap hari.
Terus terang, beras di dapur saya itu termasuk kategori beras premium. Saya membelinya dua minggu lalu di minimarket langganan saya seharga 69.500 rupiah untuk kemasan 5 kilogram.
Namun, walau premium, merk beras itu bukanlah yang biasa saya beli. Saya terpaksa membelinya karena tak ada lagi merk lain yang tersisa di minimarket tersebut.
Sekali lagi, itu kondisi dua minggu lalu.
Hari ini, saya kembali berburu beras premium di beberapa minimarket di sekitar tempat tinggal saya, sebuah area di wilayah Kabupaten Bogor. Berbagai pemberitaan yang menyebutkan pasokan beras premium di berbagai ritel modern kosong atau dibatasi, jelas menyulut rasa khawatir.
Benar saja, di toko pertama yang saya datangi, sama sekali kosong tak ada beras dijual. Padahal biasanya, toko ini demen banget memajang beras premium kemasan 5 kilogram di halaman parkir toko.
Berpindah ke minimarket biru, mata saya sempat berbinar-binar melihat sepintas ada tumpukan beras di dalam toko. Eh, nggak tahunya.... bukan beras premium yang sedang dipajang, tapi beras medium dengan merk SPHP atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.
Bahan kemasannya beda jauh dengan beras premium. Pada bagian ujung atas kemasan terdapat logo "Bulog" dan bagian tengah agak ke bawah ada tulisan: "Cadangan Beras Pemerintah".