Selepas dari Stasiun Citayam, jendela kereta yang membawa saya menuju perjalanan pulang tampak mulai basah oleh hujan. Bukan gerimis biasa rupanya, tapi hujan lebat yang sekonyong-konyong turun tanpa aba-aba, malam tadi.
"Ah, bakalan basah kuyup nih," pikir saya, membayangkan ketika turun di Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor yang sudah di depan mata.
Announcer di dalam KRL sudah pula memberikan peringatan agar hati-hati saat turun dari kereta karena lantai peron licin dan basah.
Namun, selain itu, yang patut diwaspadai saat turun dari kereta saat hujan deras adalah guyuran air hujan. Pasalnya atap peron yang ada tidak memberi perlindungan sempurna bagi penumpang.
Aliran air hujan, terlebih jika deras disertai angin kencang, bakal membasahi tubuh ketika turun dari kereta maupun berjalan di peron.
Sebagai penyandang predikat salah satu stasiun terpadat, Stasiun Bojonggede memang sudah lama dibangun dengan model peron semi terbuka. Mirip Stasiun Citayam dan rata-rata stasiun KRL lainnya.
Jadi, sudah bertahun-tahun lamanya penumpang KRL harus terbiasa menjaga dirinya sendiri agar tidak kehujanan dan terpeleset di peron saat hujan tiba.
Bayangkan saja, dalam keadaan kering saja peron stasiun KRL berisiko membuat penumpang celaka, terutama di jam sibuk, bagaimana kalau hujan?