Sesaat setelah kereta melintas, palang pintu perlintasan kembali terangkat. Mobil di depan saya masih juga belum bergerak maju. Sedangkan belasan sepeda motor lainnya mencoba saling salip dan bersaing untuk segera melewati rel.
Butuh waktu lebih satu menit sebelum sepeda motor yang saya bawa menyentuh besi rel kereta. Tiba-tiba, sepeda motor di sebelah kanan saya roda depannya seolah terkunci. Pemotor itu oleng, hampir jatuh. Untungnya Pak Ogah yang mengatur lalu lalang kendaraan di situ sigap membantu pemotor tersebut.
Sedetik kemudian, sinyal tanda kereta bakal datang kembali berbunyi. Aura kepanikan pun terasa merebak. Untungnya dengan tetap menjaga fokus, saya pun bisa melewati rel dengan selamat.
Sementara Pak Ogah dan orang-orang di sekitar dengan sigap berupaya mengurai kemacetan yang masih tersisa di perlintasan. Tak butuh lama, perlintasan kembali clear dan kereta pun melintas dengan aman.
Perlintasan kereta dekat Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor itu memang setiap hari selalu ramai dilintasi kendaraan. Sementara KRL yang melintas pun terbilang jalur paling ramai, Bogor-Jakarta Kota. Sehingga hampir 2-3 menit selalu ada kereta melintas, entah itu ke arah Bogor, maupun ke arah Jakarta Kota.
Tentunya ngeri-ngeri sedap ketika melewatinya.
Setali tiga uang dengan situasi perlintasan kereta yang tak jauh dari Stasiun Citayam. Bahkan hingga larut malam pun, perlintasan kereta Citayam masih ramai dan berimbas pada kemacetan yang mengular hingga depan pintu stasiun.
Perlintasan kereta sebidang memang wilayah paling rawan dan berisiko terjadinya kecelakaan. Beberapa kejadian belakangan ini bahkan terasa miris karena melibatkan kendaraan besar yang terhantam kereta karena mogok di perlintasan.
Selasa, 18/7/2023 malam, kereta api Brantas menabrak truk tronton di Semarang dan mengakibatkan ledakan serta kebakaran hebat. Dari berbagai pemberitaan, disebutkan bahwa truk tiba-tiba mogok dan upaya untuk mendorong truk tidak berhasil karena KA Brantas keburu mendekat dan menabrak.