Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pelajaran dari Tulisan "I Love DJKA" di Stasiun Manggarai yang Kini Menghilang

27 Februari 2023   08:06 Diperbarui: 27 Februari 2023   13:46 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan "I Love DJKA" di Stasiun Manggarai yang terpampang beberapa waktu lalu, kini telah menghilang (foto by widikurniawan)

Setelah kerap dikritik dan disindir pengguna KRL Commuter Line, akhirnya tulisan "I Love DJKA" di Stasiun Manggarai kini tak lagi terpasang. 

"DJKA" sendiri merujuk pada Direktorat Jenderal Perkeretaapiaan Kementerian Perhubungan yang memegang tanggung jawab pengembangan Stasiun Manggarai.

Semula tulisan berukuran besar yang menyala tersebut, sangat menarik perhatian karena terpasang di lantai 2 yang ramai lalu lalang penumpang berganti jalur kereta. Entah ada kaitannya atau tidak, tulisan tersebut pertama kali terpasang bersamaan dengan momen kunjungan Presiden Jokowi beserta sejumlah menteri untuk meresmikan pengembangan Stasiun Manggarai Tahap I, pada akhir Desember 2022 silam.

Tulisan
Tulisan "I Love DJKA" sudah menghilang, berdasarkan pantauan Senin, 27/02/2023 (foto by widikurniawan) 

Pihak DJKA sendiri di berbagai kesempatan menyampaikan alasan bahwa tulisan "I Love DJKA" semata untuk memberikan semangat bagi pegawai dalam bekerja. Bertolak belakang dengan pendapat para pengguna KRL yang tiap hari melihat tulisan tersebut dan merasa tidak ada faedahnya terhadap pelayanan di Stasiun Manggarai.

Netizen yang juga pengguna KRL Commuter Line bahkan kerap menggunakan kalimat "I Love DJKA" ketika mengomentari berbagai hal berkaitan pelayanan dan situasi di Stasiun Manggarai. Maksudnya sekalian menyindir gitu loh...

Selama ini Stasiun Manggarai memang disorot karena berbagai layanan yang belum optimal serta desain stasiun yang dinilai tidak bersahabat bagi para penumpang KRL yang naik turun untuk transit.

Maka menjadi wajar ketika pengguna KRL di Stasiun Manggarai seolah merasa "tersakiti" karena justru muncul tulisan "I Love DJKA" alih-alih perbaikan layanan yang harus segera diatasi. Buktinya eskalator masih kerap mati dan atap masih bocor ketika hujan. 

Tulisan tersebut seolah menciderai kepercayaan publik, yang menganggap pembuat kebijakan justru lebih mementingkan aksesoris dan haus pengakuan dibandingkan sigap memperbaiki segala hal yang masih kurang terkait pembangunan Stasiun Manggarai.

Sah-sah saja sebenarnya memotivasi pegawai untuk lebih giat bekerja dan menumbuhkan rasa cinta terhadap institusi tempatnya mengabdi. Tetapi masalahnya, tulisan tersebut diletakkan di tengah keramaian masyarakat pengguna layanan, bukan di ruangan kerja para pegawai DJKA misalnya.

Ya jangan salahkan masyarakat jika akhirnya protes dan nyinyir justru kian menjadi-jadi gara-gara tulisan yang dipahami umum sebagai pencitraan semata. Sebuah praktik komunikasi publik yang gagal dari pembuat kebijakan.

Entah ide siapa pembuatan dan pemasangan tulisan tersebut. Kok bisa-bisanya juga disetujui?

Daripada tulisan semacam itu kan lebih baik memperjelas penanda arah di Stasiun Manggarai yang sejauh ini kerap membingungkan penumpang.

Bahkan sejauh ini rasa-rasanya di intansi lain tidak ada tulisan-tulisan atau logo semacam "I Love Ditjen Anu" atau "I Love Instansi X" yang diletakkan di area publik. Cara tersebut jika dilakukan bukannya menjadi keren tapi bakal menjadi blunder di tengah kritisnya opini masyarakat.

Kini tulisan "I Love DJKA" sudah diturunkan dan entah berpindah ke mana. Hanya bertahan 2 bulan saja akibat dihujani kritik.

Masyarakat pengguna KRL tentu berharap pegawai DJKA tidak menjadi patah semangat dalam bekerja karena "penyemangatnya" telah hilang. Sebaliknya, kejadian ini mestinya menjadi pelajaran berbagai pihak agar tetap fokus bekerja tanpa memikirkan aksesoris yang tidak penting-penting amat.

Terlebih bagi penyelenggara pelayanan publik yang semestinya memang menyadari sepenuhnya bahwa bekerja dengan baik dan benar adalah kewajiban. Sementara sedikit kesalahan saja bisa berujung hujatan.

Terasa tidak adil, tapi begitulah realita dunia.

Jangan berharap sebuah pujian datang karena pekerjaan yang sudah menjadi tugasnya. Apalagi kalau pujiannya dibuat sendiri dan semua orang harus tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun