Jasa sewa pacar menjadi fenomena marak belakangan ini. Jasa ini banyak ditawarkan melalui media sosial instagram dan facebok.Â
Munculnya jasa sewa pacar ini keruan saja menimbulkan polemik. Tak dinyana, ternyata jenis usaha seperti ini bisa muncul di Indonesia.
Sempat jadi kisah fiktif ketika dijadikan inti cerita dari sebuah drama Korea, kini jasa sewa pacar justru merambah di dunia nyata di Indonesia melalui jembatan dunia maya.
Ketika saya mencoba kepo menjelajah beberapa akun penyedia jasa sewa pacar, model "pacaran" yang ditawarkan lebih banyak memakai metode online dibanding offline. Sehingga pada prinsipnya kegiatan "pacaran" bisa dilakukan secara LDR atau jarak jauh.Â
Harga sewa yang ditawarkan pun beragam, ada yang menawarkan harga 125 ribu rupiah untuk durasi "pacaran" seminggu, tapi paket ini hanya melayani chatting dan teleponan saja selama sewa.
Ada pula yang menyediakan jasa sewa pacar offline dengan harga mulai 250 ribu rupiah per 3 jam, dengan catatan antara client dan talent berada dalam satu kota.Â
Penyedia jasa offline ini biasanya akunnya sudah besar dengan followers ribuan dan telah memiliki jaringan "talent" di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Surabaya.
Oya, jadi ada istilah khusus dalam jasa ini, "client" artinya penyewa, "talent" artinya "pacar" yang disewa, bisa cowok atau cewek. Sedangkan istilah "admin" adalah orang atau penyedia jasa yang mengoperasikan usaha tersebut.
Jadi apa sih yang sebenarnya melatarbelakangi maraknya usaha jasa sewa pacar ini? Kok bisa laku ya?
Ada sebuah akun yang mencantumkan deskripsi usaha dengan kalimat marketing yang cukup mengena dan sedikit menggambarkan kenapa sewa pacar cukup diminati.Â