Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siswa Alergi PR Versus Siswa Ketagihan PR

26 Oktober 2022   21:03 Diperbarui: 27 Oktober 2022   08:30 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa mengerjakan pr| Sumber: Pexels.com/Katerina Holmes

Istri saya yang semula mukanya sudah memerah, kini malah hampir terbahak mendengar teman karib si sulung juga lupa mengerjakan PR. Selanjutnya, sisa waktu tersisa sebelum berangkat sekolah menjadi hening digunakan untuk mengerjakan PR... semampunya...

Saya teringat kembali dengan pernyataan kepala sekolah anak saya saat pertemuan dengan orangtua di awal masuk sekolah. Saat ditanya apakah sekolah tersebut memberikan PR kepada siswa-siswanya, kepala sekolah mengiyakannya.

"Namun, mengingat anak-anak pulangnya sore hari, maka seandainya ada PR, maka PR tersebut sudah didesain sedemikian rupa yang tidak memberatkan dan perkiraan waktu selesainya adalah maksimal setara satu jam pelajaran," ujar kepala sekolah.

Cukup lega ketika saya mendengarnya dari mulut kepala sekolah. Tetapi di perjalanan waktu, rupanya tak selamanya PR yang katanya setara 1 jam pelajaran itu bisa diselesaikan dengan cepat.

Tak jarang anak saya sampai begadang hingga di atas jam sembilan malam karena tak kunjung dapat menyelesaikan PR yang diberikan.

Memang itulah problemnya. Ketika berada di sekolah, dengan keberadaan guru di kelas, maka tugas apapun selesai tidak selesai harus setop jika waktunya habis. Sedangkan di rumah, PR yang bahkan bisa dicari lewat Google sekalipun, belum tentu cepat selesai karena tergantung kemampuan si anak, situasi rumah dan hal-hal lainnya yang bisa memengaruhi fokus anak.

Terlebih anak sulung saya ini memang terbilang agak "alergi" dengan PR. Menurutnya, ia sudah terlalu lelah seharian sekolah hingga sore hari sehingga PR atau tugas justru membuatnya pusing.

Jika harus memilih bermain atau mengerjakan PR, tentu jawabnya adalah bermain. Fix.

Terlebih ketika ada guru yang memberikan porsi PR melebihi porsi yang sudah dijanjikan oleh pihak sekolah, maka orangtua juga ikut senewen. Pernah dalam semalam PR yang diberikan bisa mencapai 45 soal, dan itupun ketika saya sebagai orang dewasa mencoba menjawabnya, tidak akan mungkin selesai dalam 1 atau 2 jam, pasti lebih.

Bisa jadi guru itu tidak masuk saat briefing dengan kepala sekolah tentang bagaimana beban PR yang harus diberikan kepada siswa.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun