Setiap hari ribuan orang dari daerah pinggiran ibu kota pergi bekerja ke Jakarta di pagi hari dan pulang di kala matahari sudah terbenam. Pergi masih gelap, pulang pun telah gelap.
Fenomena penglaju ini tengah viral gara-gara sebuah postingan video di media sosial. Seorang perempuan muda membagikan aktivitasnya yang bangun jam 3-an pagi dan berangkat kerja usai subuh, serta pulang kembali ke rumah di atas jam sembilan malam.
Ia melakukan perjalanan tiap hari dari Cisarua, Bogor, naik bus ke Stasiun Bogor dan lanjut naik KRL ke Jakarta.
Sebenarnya penglaju sepertinya biasa kita jumpai di Jabodetabek. Bahkan kian hari kian terasa bertambah jumlahnya seiring kian padatnya moda transportasi massal macam KRL.
Namun, rupanya masih banyak yang terkaget-kaget dengan fakta yang disuguhkan melalui video tersebut. Netizen banyak yang menanggapinya dengan reaksi terkejut, tidak percaya, bahkan tak sedikit yang menganggapnya hanya konten semata.
Bahkan banyak yang mempertanyakan kenapa orang tersebut tidak ngekos saja di Jakarta?
Well, sebagai sesama penglaju dari Bogor ke Jakarta naik KRL dan masih nyambung MRT, saya merasa harus ikut membantu menjawab pertanyaan tersebut.
Faktanya, banyak pertimbangan dan alasan untuk seseorang pekerja di Jakarta agar bisa memutuskan ngekos atau tidak ngekos.
1. Penghasilan
Ngekos di Jakarta dan Anda berasal dari daerah pinggiran seperti Depok, Tangerang, Bekasi, hingga Bogor, belum tentu menjadi pilihan yang lebih hemat.Â
Saya menghitung pengeluaran untuk transportasi umum dengan kombinasi antara KRL lanjut MRT, KRL lanjut transjakarta, angkot lanjut KRL atau naik motor ke stasiun lanjut KRL, bakal menghabiskan ongkos antara 500 ribu -- 1 juta rupiah.