Mungkin memang benar apa kata "pepatah" nyinyir: "mau murah kok nyaman?" Seolah hal itu berlaku pada transportasi massal seperti KRL Commuterline.
Kebutuhan transportasi di daerah Jabodetabek memang luar biasa pentingnya. Mobilitas masyarakatnya cukup tinggi karena terkait dengan urusan pencarian nafkah.
Bagi kelas menengah ke bawah, pekerja yang tinggal di daerah pinggiran penyangga ibukota Jakarta, mayoritas tidak akan mampu memiliki hunian di wilayah Jakarta. Mereka terpinggirkan oleh mahalnya harga properti dan kebutuhan hidup, sehingga rela tiap hari menghabiskan waktu di perjalanan untuk mencapai tempat kerjanya yang kebanyakan berada di Jakarta.
Daerah penyangga seperti Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi, kian hari kian padat penduduk, terutama yang memilih tinggal di wilayah yang dekat dengan akses transportasi kereta.
KRL Commuterline dengan segala kekurangannya, mau tidak mau masih menjadi primadona karena unggul di faktor biaya yang murah serta kecepatannya dibanding kendaraan konvensional. Sayangnya ketika jumlah pengguna naik, maka kenyamanan juga makin menurun.
Pihak PT KAI Commuter tiap hari selalu mengimbau agar penumpang dapat mengatur kembali waktu perjalanannya untuk menghindari kepadatan dalam kereta maupun stasiun. Sayangnya, imbauan tersebut tidak akan berlaku bagi para pekerja yang memang jam kerjanya seragam dan tidak bisa ditawar lagi. Masuk pagi sekitar jam 8 dan pulang sore sekitar jam 16 atau 17.
Namun, hal itu perlu diperhatikan bagi penumpang umum yang tidak terikat jam kerja saat berangkat maupun pulang.
Jika diperhatikan, beberapa hari ini kepadatan penumpang di KRL juga bertambah karena penumpang umum selain pekerja, yaitu keluarga yang membawa serta anak-anaknya. Tentu saja ketika mereka naik KRL di jam sibuk yang sedang padat-padatnya, akan merepotkan diri sendiri dan orang lain.
Alangkah lebih baik jika keluarga yang membawa anak, terutama bayi dan balita, tidak memilih jam-jam krusial yang sangat padat. Juga para orang tua yang sedang dalam kondisi kurang sehat, sebaiknya memilih waktu perjalanan yang tidak berbenturan dengan gelombang penumpang pekerja.