Tak sedikit yang terlihat berdandan heboh demi tampil di "Citayam Fashion Week" ini, tetapi adanya larangan menyeberang catwalk berwujud zebra cross membuat mereka cuma bisa beraksi foto-foto di trotoar di tengah kerumunan orang.
Fenomena "Citayam Fashion Week" mengikuti tren istilah SCBD alias Sudirman, Citayam, Bojonggede dan Depok, seolah belum terlihat surut. Tetapi kontroversinya di media, tentang hak atas kekayaan intelektual, selebritis yang ikut nimbrung, hingga isu kelas sosial yang menerpa, menjadikan kawasan Dukuh Atas ini tetap ramai diserbu orang.
Jangan salahkan anak-anak remaja Citayam, Bojonggede dan Depok yang mengawali viralnya fenomena ini. Saat ini nyatanya yang nimbrung di kawasan tersebut berasal dari berbagai daerah dan kelas sosial yang berbeda.
Diawali dari sekedar nongkrong biasa, duduk-duduk di taman, kemudian viral dan disorot di berbagai media sosial karena uniknya gaya, cara bicara dan outfit mereka, tiba-tiba saja ada kegiatan ala fashion show di sebuah zebra cross. Jadi jika ada yang menuding bahwa anak-anak remaja Citayam, Bojonggede dan Depok telah mengubah fungsi zebra cross untuk sekedar mengisi konten dan gegayaan semata, sepertinya mereka salah alamat.
Bagaimanapun, fenomena fashion show jalanan di zebra cross tersebut lama kelamaan semakin terasa mengganggu kepentingan orang lain. Walaupun berada di jalanan yang relatif sepi dan bukan jalanan utama, selalu saja ada kendaraan yang lalu lalang di kawasan tersebut.
Ada yang punya kepentingan menuju Stasiun Kereta Bandara, ada pula yang menuju Stasiun MRT Dukuh Atas dan Stasiun KRL Sudirman. Belum lagi yang mengakses jalanan tersebut menuju hotel, perkantoran dan restoran di area tersebut.
Tak hanya kendaraan yang terganggu. Ramainya orang berkerumun di trotoar juga menghambat para pejalan kaki. Mereka yang bergegas menuju stasiun untuk berganti moda transportasi, tak selamanya terhibur dengan keramaian viral itu.
Setiap orang punya kepentingan, dan tentunya setiap orang mesti sadar diri untuk menghormati kepentingan orang lain.