Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Ramadhan Tanpa Minyak Goreng? Ah, Mana Bisa?

3 April 2022   12:43 Diperbarui: 3 April 2022   12:49 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minyak goreng kembali dengan harga mencekik beberapa saat sebelum bulan Ramadhan. Stoknya tak lagi menghilang, tapi harganya itu lho, keterlaluan.

Segala imbauan agar masyarakat mencari alternatif memasak tanpa minyak goreng justru terasa ironis. Ya, bagaimanapun ketergantungan sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap minyak goreng sudah terlalu besar.

Lupakan dulu soal gizi dan efeknya terhadap kesehatan. Faktanya, kenikmatan masakan Indonesia tuh sebagian besar karena ada unsur gorengnya.

Contoh saja soto ayam, kuliner yang hampir ada di setiap daerah. Meski wujudnya adalah makanan berkuah, tapi bukan berarti menepikan proses goreng-menggoreng.

Seporsi soto ayam lebih enak kalau daging ayamnya digoreng terlebih dahulu baru disuwir-suwir. Ditambah lagi taburan bawang goreng, tempe goreng dan krupuk.

Setuju kan?

Jika ingin melihat bagaimana ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap minyak goreng, maka bulan Ramadhan ini adalah waktu yang tepat. Bulan Ramadhan tanpa minyak goreng, bagi saya tak terbayangkan bagaimana hambarnya.

Coba kita tengok di saat ngabuburit. Jenis makanan apa yang paling banyak dijajakan oleh penjual takjil dadakan di pinggir-pinggir jalan? Pastinya segala macam gorengan menjadi favorit dan terlaris.

Sebut saja bakwan, mendoan, tahu isi, tahu bakso, risol, dan kawan-kawan. Dicocol pakai cabe atau sambal, aneka gorengan itu sudah terlalu akrab dengan lidah sebagian besar masyarakat Indonesia.

Sangat susah melepaskan diri dari ketergantungan gorengan ini. Kecuali sih (amit-amit ya) sudah ada warning dari dokter untuk menghindari makan gorengan.

Tapi sekali lagi, selagi orang masih merasa sehat-sehat saja, aneka gorengan pastinya tak terhindarkan untuk menjadi cemilan favorit.

Demi kepraktisan dan alasan kedaruratan

Tidak semua rumah tangga memiliki keistimewaan ketika menu berbuka hingga sahur sudah tersedia dengan lengkap karena memiliki juru masak tersendiri di rumahnya. Jelas itu berlaku hanya untuk kalangan rich, super rich hingga crazy rich.

Lha kalau orang biasa-biasa saja, bahkan yang hidupnya pas-pasan, rumah masih ngontrak di petakan, atau ngekos di kamar sempit, maka sepiring nasi putih plus lauk gorengan tempe ditambah kecap sudah lumayan untuk mengisi perut.

Minyak goreng dibutuhkan atas nama kepraktisan. Tempe, tahu, hingga telur paling praktis ya digoreng pakai minyak goreng. Kalau mau memasaknya dengan metode lain, misal sayur tempe atau tahu cabai hijau, butuh waktu yang lebih lama dan bisa jadi hemat minyak goreng tapi malah boros penggunaan bahan bakar gas.

Daging ayam dan ikan, paling praktis ya digoreng. Mungkin dengan metode dibakar juga bakalan lebih nikmat, tapi tidak bisa tiap hari dong. Effortnya membakar ayam dan ikan akan lebih capek dan rempong daripada sekedar menggorengnya.

Selain kepraktisan, salah satu kata kunci yang berkaitan dengan ramadhan dan minyak goreng adalah perkara kedaruratan.

Misalkan begini. Waktu hampir menuju imsak, dan seisi rumah bangun terlambat semua. Celakanya, belum ada yang menyiapkan makanan untuk menu sahur, kecuali nasi putih sisa semalam. Apa yang harus dilakukan?

Sepanjang di dapur ada persediaan telur ayam, tempe atau tahu siap goreng, atau bahkan nugget beku, maka langkah yang paling tepat dilakukan adalah segera memanaskan wajan beserta minyak goreng dan kemudian menggoreng telur, tempe, tahu atau nugget tersebut. Praktis dan siap saji.

Dalam kondisi darurat seperti itu, tidak ada manusia berakal sehat yang bakal merebus telur ayam untuk menu sahur. Kelamaan, keburu azan Subuh berkumandang.

Demikian pula andai memiliki air fryer di rumah. Pasti bakal tetap menggunakan minyak goreng dan wajan demi lebih cepat matang.

Ada lagi situasi saat siang hari di bulan Ramadhan dan tiba-tiba ada anggota keluarga yang datang bulan menjelang siang hari dan harus membatalkan puasanya. Lha kalau nggak ada lauk apapun, mau makan siang apa ya? Pastinya goreng telur adalah langkah paling mainstream.

Mau order makanan via ojol? Ah, lama dan tidak semua warung buka. Lagipula, malu ih sama tetangga ketahuan nggak puasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun