Justru Makedonia Utara punya potensi mengunci pergerakan pemain bintang macam Ronaldo, Bernardo Silva hingga Diogo Jota karena mereka ini kerap nongol di televisi dan mudah ditonton saat main di klub masing-masing.
Faktor nonteknis juga patut diperhitungkan. MU versi Makedonia Utara ini jelas bakal bermain tanpa beban. Kalaupun kalah itu hal wajar. Bisa sampai ke fase ini pun sudah merupakan pencapaian bersejarah bagi mereka.
Namun, jika para pemain Portugal merasa di atas angin, merasa lebih hebat dan merasa paling macho di lapangan, bisa gawat.Â
Tim kecil macam MU ini modalnya hanya sabar, disiplin dan kerja keras. Selebihnya mereka punya motto yang dipegang teguh, yakni "bola itu bulat".
Modal tersebut, ditambah fokus dan tidak silau dengan keglamouran Ronaldo dan kawan-kawan di atas lapangan, pasti bakal berbuah manis. Pemain Makedonia Utara tak perlu kagum berlebihan terhadap sosok Ronaldo di lapangan. Apalagi terus kepikiran untuk bisa bertukar kostum usai laga. Biasa aja keleus, Bang Dodo juga manusia.
Prediksi saya, jika Portugal main grasa-grusu, serba terburu-buru dan gagal menyarangkan gol di babak pertama, maka alamat nasibnya bakal berujung seperti Italia.Â
Ronaldo dan teman-temannya pasti bakal menyerang abis-abisan. Tapi bau-bau unlucky bisa ditengarai andai dari sekian banyak tembakan ke arah gawang, ada di antaranya shot yang kena tiang gawang, sering offside, gol dianulir dan sejenisnya.Â
Kalau orang tua bilang, itu sebuah pertanda buruk. Portugal bisa ancur-ancuran kalau begini.Â
Tak cuma Portugal yang merana, para fans Ronaldo juga bakal galau, demikian pula FIFA hingga tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar. Tak ada Ronaldo dan Piala Dunia artinya potensi cuan bakal ambyar.
Piala Dunia tanpa Ronaldo itu bagaikan hajatan kawinan tanpa organ tunggal dangdut koplo. Hambar dan terancam tanpa kenangan.Â
Namun demikian, Ronaldo adalah bintang terang di ujung senja. Sekali saja kalah di laga seperti ini, sinarnya bisa berangsur-angsur redup dalam waktu singkat.Â