Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Stop! Perseteruan antara Ojol vs Customer

12 Februari 2022   11:19 Diperbarui: 12 Februari 2022   11:28 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ojek online (foto by widikurniawan)

"Don't call me "mbak". You are in Jkt! Say it "non" or "kak""

Sebuah pesan bernada "ngegas" tersebut viral di media sosial. Seorang customer perempuan merasa sapaan "mbak" yang dituliskan oleh ojek online (ojol) terhadapnya, dianggap tidak pantas. Setelah itu si customer tersebut tega memberikan rating bintang 1 yang bisa berdampak turunnya performa ojol.

"Panggil aja "mpok", kan di Jakarta," tulis seorang warganet.

Tangkapan layar Instagram @lambe_ojol
Tangkapan layar Instagram @lambe_ojol

Perseteruan antara ojol dan customernya belakangan kerap bermunculan di media sosial. Selain kejadian di atas, beberapa waktu lalu ada peristiwa seorang emak memaki-maki driver ojol dengan kata-kata tidak pantas hanya karena terlewat empat rumah dari titik alamat yang sebenarnya.

Keruan saja hal itu memicu kemarahan para ojol yang kemudian mendatangi rumah warga tersebut dan menuntut permintaan maaf. Tak cuma sesama ojol yang marah, warganet pun mendadak emosi dibuatnya.

Kasus hampir serupa juga terjadi di daerah Sentul, Bogor beberapa hari lalu. Seorang yang mengaku artis (padahal nyaris nggak ada yang mengenalnya sebagai artis) marah-marah terhadap ojol karena kesalahpahaman soal titik alamat. Kata-kata kasar yang berhamburan melalui chat akhirnya berujung juga pada aksi penggerudukan oleh sekelompok ojol yang mendatangi rumahnya.

Kejadian-kejadian seperti itu memang rentan terjadi dalam hubungan antara ojol dan customer. Tidak semua customer bisa sabar dan menghormati ojol. Sebaliknya, tidak semua ojol juga mampu memberikan pelayanan yang baik dan sopan.

Padahal jika masing-masing pihak merasa dirugikan, sudah ada mekanisme pelaporan melalui aplikasi penyedia jasa ojol. Hanya saja kembali lagi ke manusianya, kalau memang dasarnya sewenang-wenang, maka seorang customer memang bisa saja bertindak di luar nalar. Misalnya melaporkan ojol dan memberikan rating bintang 1 tanpa alasan yang jelas.

Pihak ojol pun kerapkali tidak sabaran menghadapi kelakuan "ajaib" nan menyebalkan yang dilakukan customer. Ada yang lebih senang memviralkan kelakuan customer dan ujung-ujungnya membawa kelompok ojol untuk menggeruduk rumah customer. Lah, itu ojol atau ormas preman sih?

Padahal sebenarnya kalau mau agak sabar, ojol juga bisa melaporkan ke pihak aplikator soal kelakuan negatif customer. Tentu disertai bukti yang memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun