Genap dua pekan harga minyak goreng dipaksa turun jadi 14 ribu rupiah oleh pemerintah. Tetapi sejak hari pertama pemberlakuan satu harga minyak goreng sawit pada 19 Januari 2022 lalu, hingga kini stoknya justru sulit didapat.
Selama enam hari pertama berturut-turut, saya keluar masuk minimarket hanya untuk mendapat jawaban yang hampir sama, bahwa stoknya tidak ada.
"Kosong Pak," ujar karyawan minimarket.
"Diserbu emak-emak, Pak," ujar karyawan di toko lainnya.
"Enggak tahu nih Pak kapan datangnya, biasanya sih sore, tapi langsung habis biasanya," ucap yang lain, di toko yang lain pula.
"Nanya minyak Pak? Kosong Pak!" lah yang ini belum ditanya sudah ngegas, sepertinya dia kesal sering ditanya konsumen.
Selain ditanya-tanya terus soal ketersediaan minyak goreng, karyawan minimarket bahkan kerap menghadapi tuduhan menyembunyikan stok.
"Lah iya tuh pada main tuduh aje emak-emak, kan kita cuma kerja di sini," cetus seorang karyawan.
Memang, kabar yang beredar menyebutkan bahwa kosongnya stok minyak goreng di toko ritel modern disebabkan aksi serbu yang dilakukan pembeli. Walau dibatasi pembelian maksimal dua kemasan, tetapi pembeli banyak akalnya. Misalnya ngajak anak, suami, sepupu, tetangga, kakek, nenek dan sanak saudara lainnya untuk antre beli.
Nah, karena kedatangan mobil truk pembawa stok barang tidak diketahui jam berapa datangnya, maka disinyalir yang punya keuntungan berupa info adanya stok baru adalah orang-orang di sekitar minimarket. Bisa jadi rumahnya dekat atau tetanggaan. Bisa jadi pula dialah si abang tukang gorengan yang jualan di halaman minimarket.