"Iyaa bu..."
"Cuma yang nggak pakai lada dua saja ya?"
"Iya buuuu..."
Dalam hati saya malah jadi heran, kok si ibu ini justru banyak nanya-nanya sih? Kan pesanan saya sebenarnya cukup sederhana, pesan empat porsi dan yang dua porsi nggak pakai lada. Cukup itu saja.
Biasanya sih pembeli yang ribet pesennya, eh ini penjualnya ribet nanya-nanya.
"Maklum Mas, kebanyakan pembeli suka pesennya beda-beda, kalau saya nggak nanya lagi takutnya salah," ucap si ibu seolah membaca gesture saya yang rada kurang nyaman ditanya-tanya.
Mungkin pula si ibu teringat dengan saya yang dulu pernah beli bubur nggak pakai lada, eh justru dikasih lada. Barangkali beliau trauma.
Penjual makanan warungan memang harus ekstra sabar dan fokus menghadapi berbagai macam pembeli. Beraneka ragam pesanan yang kadang ajaib, bisa bikin bingung si penjual.
Kalau nggak fokus, ya mungkin pesan nggak pedas justru jadi pedas. Sebaliknya pesan pedas malah jadi nggak pedas. Itu pernah beberapa kali saya alami saat pesan nasi goreng, mie goreng dan lain-lain.
Pesan dengan varian pedas dan nggak pedas itu menurut saya masih standar dan wajar saja. Tapi kalau sudah pakai bermacam varian aneh-aneh, itu sih rada terlalu juga. Nggak kasihan apa sama yang jual?
"Bubur ayamnya nggak pakai ayam Bu, cakwenya dikit aja, porsinya setengah, kuahnya banyakin ya, tapi nggak banjir juga."