Naik ojek di saat pandemi virus corona memang ngeri-ngeri sedap.
Bagi orang yang sangat taat protokol kesehatan, menggunakan jasa ojek sebagai penumpang jelas merupakan pelanggaran dari 6M, yaitu menjaga jarak dan mengurangi mobilitas. Namun, ada kalanya seseorang memang terpaksa harus menggunakan jasa ojek pada saat-saat tertentu.
Saat-saat tertentu karena ketiadaan transportasi pribadi dan transportasi umum lainnya, maka ojek kerap hadir sebagai pilihan satu-satunya. Misalnya ketika ojek hadir sebagai transportasi penyambung setelah kita naik transportasi massal seperti bus, KRL Commuterline maupun MRT.
Nah, ketika terpaksa harus naik ojek, tetap ada hal-hal yang harus diperhatikan betul supaya penumpang dan ojeknya sama-sama nyaman. Berikut ini beberapa tip yang bisa kita ikuti saat naik ojek di masa pandemi.
Lebih memilih jasa ojek online
Bagaimanapun jasa ojek online terdapat standar keamanan dan protokol kesehatan yang diterapkan oleh pihak aplikatornya. Penumpang bahkan berhak memberikan rating rendah apabila driver ojek online (ojol) melanggar prosedur yang ditetapkan, misalnya tidak memakai masker.
Kelebihan lainnya, driver ojol termasuk kelompok prioritas yang mendapatkan vaksin sehingga paling tidak penumpang bakal merasa lebih nyaman walaupun tetap harus menjaga protokol kesehatan.
Selain itu, ojol juga menerima pembayaran secara nontunai. Satu hal yang tidak bisa dilakukan pada jasa ojek konvensional.
Andai terpaksa naik ojek pangkalan, pilihlah dengan tepat
Faktanya ojek konvensional alias ojek pangkalan (opang) masih eksis di beberapa daerah, seperti di seputaran stasiun KRL Jabodetabek yang banyak di antaranya terdapat larangan ojol beroperasi. Akibatnya mau tidak mau penumpang KRL yang turun di stasiun seperti itu bakal menggunakan jasa opang.