Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kue Lebaran, Hidangan atau Sekadar Pajangan?

12 Mei 2021   19:53 Diperbarui: 13 Mei 2021   08:41 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Genap dua tahun sudah sebagian masyarakat Indonesia merayakan Idulfitri tanpa mudik. Ya, hanya sebagian, karena sebagian lainnya tak perlulah dibahas di sini.

Gara-gara pandemi Covid-19, selain tidak mudik, silaturahmi pun dibatasi. Saling kunjung ke rumah tetangga dan saudara walau jaraknya dekat tetap dibatasi. Paling banter ya saling bermaaf-maafan di depan rumah atau di jalanan komplek.

Lha kalau model silaturahminya drive thru atau bahkan lebih banyak virtual, apakah kue lebaran masih diperlukan?

Idulfitri tanpa kue lebaran memang terasa hambar. Seolah menantang tradisi. Walau harganya tak bisa dibilang murah, tapi itulah salah satu alasan kenapa THR selalu dinanti sebelum lebaran.

Kapan lagi kue-kue kering seperti nastar, putri salju, kastengel, lidah kucing, semprit dan lain-lain bisa eksis jika bukan di hari lebaran?

Di satu sisi, kue-kue lebaran memang bikin kangen, tapi di sisi lain faktanya kue-kue tersebut hadir bak sebuah reuni belaka. Kenapa reuni? Ya, karena acara reuni zaman sekarang selalu heboh di awal, saat perencanaan, persiapan hingga ketika berlangsung pada menit-menit awal. Setelah itu, reuni terasa datar-datar saja karena pesertanya lebih asyik nunduk ke layar henpon masing-masing.

Demikian pula kue-kue kering lebaran. Beberapa hari menjelang lebaran kue-kue tersebut diburu dan didamba beserta kemasan toples yang cantik dan kekinian. Saat hari lebaran tiba, kue-kue tersebut sudah mejeng dengan rapi dan eloknya. Tapi bisa jadi, kue-kue lebaran tersebut tak akan pernah ludes habis dimakan.

Saya teringat masa-masa ketika dulu di kampung halaman kami berombongan bersama keluarga bersilaturahmi ke rumah-rumah tetangga. Setiap rumah pasti mejanya penuh kue lebaran. Setelah basa-basi sedikit, tibalah tuan rumah membuka tutup toples satu per satu dan mempersilakan tamunya untuk mengambil kue.

Tapi apa yang terjadi? Dengan gaya malu-malu, saya dan rombongan paling hanya mengambil satu jenis kue dan pulang.

Nasib kue-kue kering di rumah orang tua saya dari tahun ke tahun selalu mirip, yakni jarang bisa habis ludes dalam waktu cepat. Bahkan jika ada satu toples yang jadi favorit anak-anak, malah dipelototi kalau sampai pada posisi hampir habis.

"Itu kue buat tamu, jangan dihabiskan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun