Padahal setelahnya, tamu yang datang juga malu-malu kalau mau ngambil kue tersebut.
Kini di masa pandemi, kue lebaran memang masih jadi idaman, meski banyak rumah-rumah yang berpotensi tidak dikunjungi orang. Beberapa emak-emak yang saya kenal sudah terlihat memesan kue lebaran jauh-jauh hari.
"Nggak tahu juga ada tamu apa nggak, buat jaga-jaga saja," ucap salah satu dari mereka.
Terus terang, seperti tahun sebelumnya, di meja di rumah saya paling banter hanya ada satu toples nastar. Itupun karena ada rekan yang memberikan sebagai hampers. Kalau nggak ada, paling meja di rumah saya hanya terlihat toples isi rengginang dan keripik yang berpotensi ludes dalam sekejap jika dibuka tutupnya.
Pengalaman telah mengajarkan saya. Saat nastar malah seolah berubah wujud jadi mirip putri salju. Tapi jangan sekali-kali dimakan, karena nastar lebaran itu teronggok beberapa bulan hingga berjamur karena nggak laku-laku.
Beruntunglah para nastar yang posisinya di bagian atas toples, karena pasti sepanjang "hidupnya" bermanfaat dan langsung mengenyangkan orang yang melahapnya di kesempatan pertama.
Tapi bagi yang letaknya di tengah atau di dasar toples, bisa jadi ia hanya menunggu berjamur atau dibuang karena tidak ada yang sudi menjamahnya.
Ah, kue-kue lebaran nan cantik itu. Alih-alih jadi hidangan, ternyata lebih banyak berfungsi sebagai pajangan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H