Jakarta lagi-lagi mencekam, Selasa, 13 Oktober 2020. Demo menentang Undang-undang Cipta Kerja kembali muncul dengan massa yang berkumpul di seputaran patung kuda, Monas, Jakarta Pusat.
Suara sirine meraung-raung sejak siang hari. Puluhan kendaraan polisi terlihat lalu lalang menuju pusat berkumpulnya massa. Di beberapa tempat strategis seperti di dekat Bundaran Senayan, kolong Semanggi dan sepanjang ruas Jalan Sudirman-Thamrin terlihat polisi disiagakan.
Antisipasi pun dilakukan oleh operator transportasi massal dalam kota Jakarta, yaitu Transjakarta dan MRT Jakarta yang menghentikan layanannya. Menjelang siang, PT Transjakarta sudah mengumumkan melalui media sosial bahwa mereka menghentikan seluruh layanan bus Transjakarta.Â
Sedangkan MRT Jakarta melalui media sosial mengabarkan hanya beroperasi terbatas dari Stasiun Lebak Bulus hingga Blok M saja sejak pukul 13.00 WIB.
"Pulang naik apa ini? Ya ampun nyusahin orang banget deh," demikian salah satu komentar di media sosial.
Belum reda kekecewaan akibat banyak halte Transjakarta dibakar dan Stasiun MRT sempat dirusak akibat demo pekan lalu, kini para pekerja ibu kota yang mengandalkan transportasi massal tersebut kembali dibuat pusing.
Pantauan di halte Masjid Agung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, terlihat lengang tidak ada satu pun penumpang maupun petugas yang berjaga. Sebuah pemandangan yang jarang terlihat, terlebih di sore hari, jam sibuk yang biasanya dipenuhi oleh orang-orang yang pulang dari tempat kerjanya.
"Ongkos naik ojol 30 ribu bisa buat dua kali makan nasi warteg. Emang tuh kelakuan yang demo cipta kerja malah ngerugiin orang cari nafkah," tulis seorang netizen lainnya.
Saya sendiri sore tadi terpaksa berjalan kaki sampai Halte Senayan karena tidak ada MRT yang biasa saya tumpangi. Di halte ini saya harus menunggu sampai hampir dua jam sebelum mendapati bus PPD Transjabodetabek jurusan Cibinong datang. Itu pun cuma bus cadangan karena bus yang biasa tidak bisa datang imbas dari demo.