Pernah nggak sih anda melihat pemandangan sebuah bak truk yang berisi sekumpulan orang? Mungkin ada yang pernah sekedar melihat, atau justru pernah menjadi bagian di dalamnya.
Lalu bagaimana jika isi bak truk tersebut adalah sekumpulan emak-emak yang salah satunya memiliki karakter "lambe turah" alias ngegosip?
Gambaran inilah yang diterjemahkan oleh sutradara Wahyu Agung Prasetyo melalui film pendek berjudul "Tilik".
Film ini memang menggunakan Bahasa Jawa dan berlatar di daerah Bantul-Yogyakarta, tapi nggak perlu khawatir bagi yang tidak paham Bahasa Jawa karena ada subtitle Bahasa Indonesianya.Â
"Tilik" yang berarti "menjenguk" berangkat dengan cerita sederhana tentang emak-emak dari pelosok desa yang hendak menjenguk Bu Lurah yang sedang sakit di rumah sakit.
Karena kabar yang mendadak, maka transportasi satu-satunya yang bisa digunakan adalah truk milik salah satu warga kampung bernama Gotrek. Ia bersedia mengangkut para emak dari kampungnya menuju rumah sakit tempat Bu Lurah dirawat.
Durasi film sepanjang 30 menit banyak diwarnai obrolan emak-emak di atas bak truk yang dimotori oleh tokoh bernama Bu Tejo. Memang awalnya bukan Bu Tejo yang melontarkan tema gosip alias ghibah. Justru emak yang sepanjang film terlihat santuy dan kalem bernama Yu Sam yang melontarkan pertanyaan pancingan.
"Fikri ki karo Dian ki opo bener sesambungan to, Bu?" (Emangnya Fikri sama Dian beneran pacaran ya, Bu?)
Inilah kalimat pancingan maha dahsyat yang sangat "gosipable" ketika dilontarkan kepada Bu Tejo. Fikri adalah anaknya Bu Lurah, sedangkan Dian adalah sosok kembang desa yang kerap jadi bahan sorotan emak-emak karena bapak-bapak ternyata juga senang menyorotinya.
Obrolan berkutat pada Dian yang diakui cantik oleh para emak-emak tapi kok belum nikah juga. Dian yang hanya lulusan SMA dan langsung kerja tapi terlihat banyak duit dan punya henpon bermerek yang mahal. Maka bahan ghibah paling enak ya memang tentang suatu hubungan yang samar-samar yang bercampur tentang topik mengenai kekayaan orang lain.
Bu Tejo dengan segala atributnya, terlihat paling banyak tahu, paling kaya (karena suaminya pemborong yang berteman dengan banyak pejabat), paling komunikatif, paling solutif (menurut pengakuannya), dan yang pasti adalah paling nyinyir dengan gestur yang mendukung.