Sapaan akrabnya adalah Bang Jipo, seorang penjahit paruh waktu sekaligus ojek antar jemput anak sekolah paruh waktu. Sebenarnya masih banyak beberapa jenis pekerjaannya, dan hampir semuanya dilakukan paruh waktu alias jika ada orang yang meminta jasanya saja.
Saat semua sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh, Bang Jipo pun harus menerima kenyataan kehilangan salah satu pekerjaannya sebagai ojek langganan antar jemput anak sekolahan. Dia pun mencoba fokus menjahit dan kadangkala menerima panggilan jasa tukang seperti memperbaiki genteng bocor dan sebagainya.
"Sekolah jarak jauh jadi serba repot Pak, anak saya juga minta pulsa mulu, cepat habis pulsanya," ujarnya beberapa hari lalu.
"Memangnya belajar online-nya seharian penuh Bang? Banyak tugasnya ya?" tanya saya.
"Enggak juga sih Pak, borosnya itu dia malah kebanyakan main game daripada buat belajar. Kadang nonton Youtube Atta Halilintar, gitu lah Pak, pusing saya Pak," curhatnya.
Lah, gimana sih? Saya hampir tersedak mendengar ceritanya. Antara mau ketawa tapi merasa miris juga. Ujungnya malah jadi kasihan.
Istri Bang Jipo ini kerjanya juga serabutan, antara lain nyeterika baju di rumah kami sepekan dua kali. Tak hanya di rumah kami, tapi di beberapa rumah lainnya.
Belum lagi kalau ada orang yang meminta tolong jasa bersih-bersih rumah, masak dan lain-lain. Intinya pasangan suami istri tersebut memang lebih banyak sibuk mencari nafkah di luar rumah.
Dua anak mereka, yang besar sudah duduk di bangku SMP dan satunya lagi masih SD. Untungnya mereka berdua sudah bisa dibekali ponsel, sehingga di saat pembelajaran online sekarang ini mereka tidak pusing lagi masalah peralatan.
Justru yang dipusingkan adalah pulsa dan kuota data internet yang sangat boros. Masalahnya boros bukan karena digunakan belajar tapi lebih banyak tergoda mengakses konten hiburan.
Jika para ahli dan pemerhati pendidikan mendengar kisah mereka, bisa dipastikan mereka akan menunjuk kurangnya peran orang tua dalam mengawasi anak di rumah. Bisa jadi Bang Jipo dan istrinya selaku orang tua disalahkan karena tidak bisa mengajarkan tanggung jawab memakai gawai pada anak.