Jika ditanya siapa pemain terbaik Liverpool musim 2019-2020, saya tak ragu memilih nama Jordan Henderson. Bukan semata karena dia kapten tim, lebih dari itu, Henderson adalah sosok pria yang terlihat melakukan segalanya demi Liverpool Football Club.
Hasilnya? Dialah kapten Liverpool pertama yang akan mengangkat trophy juara Liga Inggris sejak era Premier League dimulai pada 1992. Capaian yang bahkan tak berhasil dilakukan oleh seorang Steven Gerrard.
Memang sebenarnya antara Gerrard dan Henderson tak semestinya dibanding-bandingkan. Sosok Gerrard-lah yang mewariskan ban kapten kepada Henderson tahun 2015 silam, di penghujung masa Gerrard bersama Liverpool.
Pilihan yang menyebabkan sorotan tajam tak henti dialamatkan pada Henderson. Dia dianggap bayang-bayang seseorang yang dijuluki legenda dan kapten fantastik, Steven Gerrard. Demikian pula permainan di lapangan dibilang rata-rata saja, tidak istimewa dan kerap bikin emosi fans.
![Steven Gerrard melingkarkan ban kapten kepada Henderson (sumber foto: elartedf.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/06/28/henderson-2-5ef81838097f366ccd575342.jpg?t=o&v=770)
Masalahnya, terkadang kebencian fans jenis ini tak memiliki alasan yang masuk akal. Saat ditanya kenapa tidak suka Henderson jawabannya bisa terdengar konyol. Henderson dibilang "songong" karena memiliki garis wajah yang cenderung keras dan suka berteriak ke rekan-rekannya di lapangan. Lah emang wajah udah dari sononya gimana sih? Suka teriak kan juga pembawaan masing-masing sebagai kapten.
Jika dibandingkan dengan pemain-pemain bintang Liverpool saat ini, seperti Sadio Mane, Mohamed Salah, Bobby Firmino hingga Virgil Van Dijk yang "idola-able", Henderson memang terbilang kurang senyum dan seolah tak memiliki peran menonjol selain teriak-teriak di lapangan. Ada yang menilai gestur Henderson sungguh menyebalkan.
Bahkan seorang Sir Alex Ferguson pernah menilai cara berlari Jordan Henderson yang dianggap aneh. Makanya dia urung membeli Henderson dari Sunderland ketika berusia 21 tahun.
Masa-masa awal sebagai pemain Liverpool adalah masa penuh perjuangan bagi Henderson. Baru setahun dibeli dari Sunderland, saat manajer Brendan Rodgers datang pada 2012 karier Henderson langsung terancam. Rodgers berniat menukar Henderson dengan Clint Dempsey dari Fulham karena menilai Henderson tidak memiliki cukup kemampuan untuk bermain dalam rencana Rodgers.
Disuruh pergi, Henderson justru memilih bertahan dan mengatakan bahwa dia akan membuktikan penilaian negatif terhadapnya adalah salah. Setelah itu, siapapun yang mengamati Liverpool dengan pikiran jernih memang akan bisa menilai sendiri bagaimana Henderson berkomitmen terhadap ucapannya.
Bisa jadi Henderson memang menjadi pemain Liverpool dengan haters terbanyak di dunia. Masa sebelum Henderson mengangkat trophy Liga Champions tahun lalu, adalah masa-masa ketika komentar miring dan hinaan sangat banyak berseliweran tiap usai pertandingan. Henderson bukannya tidak menyadari hal ini, tapi dia tetap memilih untuk fokus memimpin rekan-rekannya dan membuktikan diri di lapangan.