Sepertinya banyak orang yang senang bisa kembali beraktifitas di luar rumah. Meski dengan berbagai protokol ketat di era new normal, ternyata bisa kembali bekerja, kembali ke mal, kembali bisa ngopi bareng-bareng tampaknya cukup menyenangkan bagi sebagian orang. Ya, sebagian saja, karena sebagian yang lain mah enggak.
Euforia new normal ini pun disambut dengan haru biru dan beragam cerita seru yang selama ini seolah terpendam karena jarak memisahkan. Ketemu lagi rekan-rekan sejawat pun memunculkan efek keriangan, sehingga lupa kalau korona masih eksis.
Hmm, lha iya korona kan belum ilang. Itu mah fakta, bukan ilusi.
Maka dari itu sangat mengherankan jika back to business, kembali beraktivitas, malah diselingi dengan kegiatan populer penanda keakraban macam sesi foto bersama.
"Yuk, yuk foto bareng gaes, biar seru diupload ke IG, tapi pakai masker semua yak..."
Boleh saja sih, siapa juga yang melarang. Tapi kok rasa-rasanya agak gimana gitu melihat foto-foto dengan wajah tertutup masker tapi mereka berpose tanpa jaga jarak. Boro-boro jarak 1,5 meter, ini mah satu sama lain nempel tanpa jarak, atau bisa jadi mereka matematikanya memang jeblok. Nggak bisa ngitung jarak, karena 1,5 meter itu dikira 1,5 centimeter.
Apalagi kalau yang foto bareng banyak banget orangnya. Jadi wajar kalau mepet-mepet, supaya bisa masuk frame semua. Masalahnya sekarang lagi jaman "new wajar", apa arti kampanye physical distancing kalau begitu?
Ada yang inget nggak kasus konser amal BPIP tempo hari yang viral menuai protes gegara foto bareng nggak jaga jarak? Ya kali udah pada lupa, dan sekarang mempraktekkan hal serupa, meski di lingkungan sendiri.
Namanya manusia, makhluk sosial yang juga gampang lupa.
Fenomena ini juga kadang-kadang memang pancingan fotografer. Kemarin saya nonton sebuah siaran langsung di Instagram atau IG live tentang sebuah acara peninjauan seorang pejabat di sebuah pabrik pembuatan alat pelindung diri (APD). Eh, di akhir acara kok ya masih aja ada yang mancing-mancing foto bersama.
Bahkan dengan tema acara tentang pencegahan korona, sesi foto bersama itu tidaklah menjaga jarak dengan ideal. Juga fotografernya yang bejibun. Demi angle terbaik, maka mereka rela saja nempel satu sama lain untuk bisa mendapat posisi uenak saat memotret.
