Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Selamat Jalan, Lord Didi Kempot

5 Mei 2020   09:44 Diperbarui: 5 Mei 2020   11:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar konser amal dari rumah Didi Kempot di Kompas TV

Mendadak getir ketika membaca berita meninggalnya Didi Kempot, Selasa pagi ini. Kepergian yang terasa mendadak dan sungguh mengejutkan. Beliau meninggal di sebuah rumah sakit di Kota Solo, tanpa ada kabar berita bahwa beliau menderita sakit sebelumnya.

Tak hanya kabar duka bagi para penggemar beratnya, termasuk saya. Bisa dipastikan yang membaca dan melihat kiprah beliau dalam blantika musik campursari akhir-akhir ini bakal merasa kehilangan juga. 

Kini Didi Kempot yang dijuluki Bapak Patah Hati Nasional ataupun julukan beken lainnya, The Lord of Brokenheart, justru meninggalkan rasa kesedihan bagi orang-orang yang mengaguminya.

Kurang dari setahun belakangan, nama Didi Kempot memang kembali berkibar, melebarkan sayapnya di kalangan milenial. Ketik saja "Didi Kempot" di YouTube, maka akan bermunculan konser-konser spektakuler yang pernah ia jalani. 

Beberapa bulan sebelum pandemi Covid-19, Didi Kempot seolah tidak pernah berhenti bernyanyi dari panggung ke panggung, dari kota ke kota. Bahkan para fans juga tahu bila Didi Kempot kerapkali terbang ke Suriname untuk menghibur masyarakat berbahasa Jawa di sana.

Lagu "Pamer Bojo" menyeruak menjadi lagu paling dinanti dalam setiap pertunjukannya. Tak heran apabila The Lord sering menyimpan lagu tersebut di akhir pertunjukan. 

Sebagai puncak dari segala teriakan bernada patah hati yang selama berjam-jam dilontarkan Didi Kempot bersama para penonton yang selalu menyemut di sekitar panggung.

Lagu "Cidro" juga menjadi salah satu lagu wajib untuk ditampilkan, dalam setiap penampilannya "Cidro" memang banyak yang me-request. Seolah merinding ketika saya mendengar alunan "Cidro", entah bagaimana lagu ini termasuk yang paling saya hafal sejak pertama kali mendengarnya bertahun-tahun lalu. Ya, saya jadi teringat kaset-kaset kompilasi lagu-lagu Didi Kempot di masa keemasannya yang pertama.

Masa keemasan kedua dalam setahun belakangan memang luar biasa. Tak banyak, atau memang tak ada artis penyanyi atau musisi lain yang sanggup muncul lagi dan menimbulkan tren serta kehebohan luar biasa dalam setiap penampilannya. Tapi Didi Kempot melakukannya.

Bahkan meski lagu-lagunya berbahasa Jawa, ia tetap populer dan dicintai oleh penikmatnya yang berasal dari berbagai daerah. Tak mengerti bahasa Jawa bukan masalah, yang penting bahasa musik yang disuguhkan Didi Kempot sanggup dipahami dengan baik. Pengakuan rasa kagum terhadap Didi Kempot walau tak mengerti Bahasa Jawa banyak ditulis para penggemarnya di kolom komentar YouTube.

Beberapa waktu lalu, sebuah terobosan dipersembahkan Didi Kempot dan Kompas TV. Gelaran konser amal dari rumah yang disiarkan live mampu menghasilkan angka 5,3 miliar rupiah. Sebuah nominal fantastis yang akan digunakan sebagai donasi dalam rangka pandemi Covid-19. Luar Biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun