Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Merindu Masjid-masjid Desa nan Sederhana Itu

30 April 2020   04:45 Diperbarui: 30 April 2020   04:44 1923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu masjid desa di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Dinding bangunannya terbuat dari kayu (foto: widikurniawan)

Masjid bisa menjadi tempat persinggahan ketika melakukan travelling. Demikian halnya ketika saya melakukan perjalanan mengelilingi Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tenggara beberapa tahun lalu. Sejenak singgah di masjid setempat, mengambil wudhu dan melaksanakan shalat sunnah maupun wajib, rasanya bisa menenangkan jiwa dan membuang penat selama perjalanan.

Masjid desa yang nampak anggun di tengah kesederhanaan (foto: widikurniawan)
Masjid desa yang nampak anggun di tengah kesederhanaan (foto: widikurniawan)
Dari beberapa masjid yang saya temui di berbagai desa yang saya lewati, ciri khasnya hampir sama ditilik dari bentuk bangunan. Umumnya tampak sederhana dengan bentuk kotak persegi, tak banyak ornamen yang melekat atau bahkan hampir tidak ada. Ukurannya pun rata-rata tidak begitu luas.

Tak ada ornamen hias pun tak mengurangi peran dan makna sebuah masjid (foto: widikurniawan)
Tak ada ornamen hias pun tak mengurangi peran dan makna sebuah masjid (foto: widikurniawan)
Bahkan jika melihat bangunan yang tampak seperti belum jadi, bukan berarti masjid tersebut tidak berfungsi. Bagaimanapun kondisinya, tak menyurutkan warga muslim tetap melaksanakan ibadah di dalamnya.

Rumah Allah nan sederhana (foto: widikurniawan)
Rumah Allah nan sederhana (foto: widikurniawan)
Mungkin berbeda dengan masjid-masjid di kota, menurut warga setempat masjid di tempat mereka bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangunnya. Jikapun terdapat kerusakan dan perlu diperbaiki, hanya bantuan pemerintah dan uluran tangan hamba Allah yang selalu diharapkan.

Masjid desa ini berada di pesisir pantai dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa (foto: widikurniawan)
Masjid desa ini berada di pesisir pantai dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa (foto: widikurniawan)
Boleh saja masjid-masjid tersebut jendelanya tak lagi tertutup karena rusak. Mungkin saja ada yang berdinding kayu dan sudah lapuk di sana-sini. Atau atapnya yang sudah terlihat banyak tambalan. Namun, warga setempat tetap berusaha menjaga kesucian di dalam masjid.

Ada satu desa yang memiliki hanya satu masjid saja. Tetapi tak menyurutkan pula langkah-langkah kaki mereka datang ke masjid ketika azan memanggil, meskipun jaraknya relatif jauh dengan berjalan kaki. 

Sungguh bagi orang luar yang melihatnya seperti saya, akan merasa tersentil karena mungkin di tempat asal kerap kali susah mengayunkan langkah meskipun masjid hanya berjarak beberapa meter saja.

Menjadi tempat yang selalu terbuka bagi hamba Allah untuk beribadah (foto: widikurniawan)
Menjadi tempat yang selalu terbuka bagi hamba Allah untuk beribadah (foto: widikurniawan)
Desa-desa di Pulau Wawonii rata-rata terletak di daerah pesisir. Maka tak jarang angin dari laut masuk melalui sela-sela jendela. Jika terik matahari menyengat saat siang hari, maka duduk di dalam masjid serasa masuk ke dalam suasana yang menyejukkan.

Sujud dengan khusyuk di dalamnya pada akhirnya akan sama saja ketika kita melakukannya di masjid-masjid lain di perkotaan. Sujud kita sejatinya tak dinilai dari tebal tipisnya karpet atau ada tidaknya karpet masjid. Sejatinya, di manapun kita bersujud, arah kiblatnya selalu sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun