Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mulai Berbayar, MRT Masih Sepi di Jam Sibuk

2 April 2019   16:17 Diperbarui: 3 April 2019   10:27 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MRT Jakarta (foto by widikurniawan)

Selama dua hari merasakan naik berbayar dan selama dua pekan saya sudah rutin berangkat dan pulang kerja naik MRT Jakarta saat uji coba, rasanya moda ini belum memenuhi ekspektasi jumlah penumpang. Sore hari sekitar jam 16 hingga 17 ketika saya naik, masih bisa dapat tempat duduk. 

Pagi hari saat orang berangkat kerja antara jam 7 hingga jam 8 bahkan lebih longgar lagi. Kadang satu gerbong hanya terisi tak lebih 10 orang, itu pun sudah termasuk security MRT. Beda jauh saat hari libur akhir pekan yang jumlahnya membludak karena banyak rombongan penumpang yang penasaran ingin menikmati "angkutan wisata" MRT Jakarta.

Sasaran utama MRT Jakarta yakni mereka yang beralih dari kendaraan pribadi ke MRT, sepertinya belum juga kelihatan. Buktinya, seperti di seputaran Stasiun ASEAN yang terdapat banyak gedung perkantoran, halaman parkirnya masih saja penuh dengan mobil dan motor. Tidak beda saat sebelum ada MRT Jakarta.

Orang kantoran yang kini memanfaatkan MRT Jakarta bisa jadi malah mereka yang beralih dari angkutan umum lainnya, seperti Transjakarta, kopaja, metromini hingga ojek online. Sebagai contoh ya saya sendiri yang berangkat kerja naik KRL Commuterline dari daerah Bogor lalu turun di Stasiun Sudirman kemudian lanjut MRT ke arah Blok M.

Sebelumnya, setelah turun di Sudirman saya biasanya harus berjalan kaki lumayan pegel untuk kemudian naik Transjakarta jurusan Blok M. Kini tinggal "kepeleset" sedikit ke Stasiun MRT Dukuh Atas, maka saya pun bisa lebih cepat sampai tujuan. Lumayan lah bisa memangkas waktu sekitar 30 menit dari biasanya.

Dan saya pun tidak sendirian. Banyak pekerja di jalur Jalan Sudirman ke arah selatan yang merasa terbantu dengan adanya Stasiun MRT Dukuh Atas. Hanya saja ya itu tadi, mereka ini tampang-tampangnya memang sudah terbiasa naik angkutan massal dari mulai KRL dan Transjakarta. Tampang saya malah lebih jelas lagi, tampang yang tidak punya mobil pribadi.

Lha terus pada ke mana nih tampang-tampang yang semula suka naik kendaraan pribadi? Kok belum banyak yang beralih naik MRT? Ayo dong gabung dengan kami memadati gerbong-gerbong MRT saat jam berangkat dan pulang kerja.

MRT Jakarta di jam berangkat kerja, masih sepi (foto by widikurniawan)
MRT Jakarta di jam berangkat kerja, masih sepi (foto by widikurniawan)

Yah, mungkin benar, ini adalah tentang perubahan budaya. Jadi memang butuh waktu tidak sebentar untuk bisa mengalihkan seseorang yang "pengabdi" mobil pribadi dengan segala isinya, untuk beralih ke angkutan massal dengan resiko berdesak-desakan.

"Ngapain juga bayar dan naik MRT kalau masih harus berdiri dan desak-desakan?"

Komentar seperti itu beberapa kali saya temukan di media sosial. Aneh memang, jadi kalau untuk tipe manusia semacam itu intinya bukan ada atau tiadanya MRT, tapi lebih ke soal gengsi. Mungkin lho ya... mungkin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun