Makanan dan kamera, belakangan seolah mempunyai hubungan yang kian erat. Mau kamera jenis apapun, kamera profesional ataupun sekedar kamera smartphone, ritual jepret sebelum makan rasanya bukanlah kegiatan yang asing lagi. Berbagi foto makanan di media sosial juga tak lagi menjadi aktivitas yang aneh.
Seperti halnya saat saya menyambangi acara bertajuk "Taste of Macao" di Nusa Indonesian Gastronomy Restaurant, Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 14 Juli 2018, akhir pekan silam. (Baca: Menikmati "Taste of Macao", Lebih dari Sekedar Makanan). Jenis makanan yang dihidangkan memang bukan makanan biasa. Melainkan beragam kuliner khas Macao yang menjadi alasan mengapa kota tersebut mendapat predikat Kota Kreatif di Bidang Gastronomi dari UNESCO.
Nah, tentu sudah selayaknya jika kesan dan pengalaman saat menyantap berbagai sajian khas Macao itu diabadikan melalui jepretan kamera. Apalagi momen tersebut berbicara tentang gastronomi, tentang bagaimana kita melihat sebuah makanan dari beragam latar belakangnya. Baik itu dari proses pembuatannya, sejarahnya, budayanya hingga cita rasanya.
"Kuncinya adalah rasa, bagaimana sebuah foto bisa menggambarkan rasa makanan yang sebenarnya," ucap Fellexandro Ruby, food photografer yang membagikan berbagai tips memotret makanan di acara "Taste of Macao".
Bagi Ruby, memotret makanan adalah memotret rasa makanan tersebut. Bagaimana upaya si fotografer agar karya yang dihasilkan bisa menggambarkan rasa makanan, entah itu asin, gurih, terasa dingin, panas dan sebagainya.
Seperti saat ia melakukan setting terhadap makanan bernama Portugesse Egg Tart. Makanan khas Macao yang lezat dan lembut di mulut ini ternyata butuh sedikit sentuhan saat difoto oleh Ruby. Pria berkacamata itu mendapatkan ide untuk sedikit "merusak" dan meremas beberapa Portugesse Egg Tart. Ia meletakkan di meja dengan properti sebuah talenan kayu.
Sejatinya makanan itu dikemas dengan cup kue dari kertas, tapi justru Ruby mengatakan bahwa ia tidak terlalu suka dengan kemasan jenis itu.
"Saya sebenarnya benci dengan cup kertas ini, memberi kesan murah pada sebuah kue. Tapi boleh saja kalau kita coba foto," ucapnya.
Konsep agak berantakan ternyata unik juga. Ruby justru meremas cup kue dan meletakkan di sisi kue. Sejurus kemudian ia fokus menjepret dengan kamera smartphone-nya. Ia memperlihatkan bahwa remahan kue justru bisa menyampaikan pesan tentang teksture maupun rasa Portugesse Egg Tart tersebut.
"Coba, ada handphone yang bisa saya pinjam? Seharusnya dengan jenis kamera apapun kita buktikan hasilnya tidaklah jelek," ujar Ruby.
Saya yang berada di dekatnya pun mengulurkan handphone saya yang jika dibandingkan dengan milik Ruby mungkin tidak ada apa-apanya. Sebuah handphone milik Ruby kira-kira sebanding dengan harga tiga buah handphone saya. Tapi fotografer kondang itu cuek dan tetap mencoba mengambil gambar dengan kamera handphone milik saya.
Hasilnya? Hmm, ternyata benar apa kata Ruby di sesi penjelasan sebelumnya.
Kalimat tersebut jelas memotivasi orang-orang untuk tidak begitu saja menganggap keterbatasan sebagai kendala. Ruby bisa berbicara begitu karena ia telah mengalami sendiri sebuah proses panjang yang menjadikannya sebagai expert seperti sekarang.
Ruby bertahun sebelumnya berkecimpung di dunia alat-alat berat untuk konstruksi. Sebuah dunia yang tentu berbeda dengan dunianya saat ini. Perjalanan menuntunnya sebagai penulis atau blogger dan kini fokus dalam bidang food photography atau yang ia suka katakan dirinya dengan istilah sebagai food storyteller. Ya, memang ia adalah pencerita melalui media foto.
"Background apapun anda, yang tidak ada hubungannya sekalipun, pasti bisa dengan belajar dan latihan," ucapnya.
Melihat sosok seperti Ruby sungguh membukakan mata dan cakrawala. Imaji dan kreativitaslah yang harus diasah, sedangkan teknis fotografi bisa saja dicari dari berbagai sumber.
"Belajar dari youtube juga bisa," cetus Ruby.
Melalui media sosial seperti Instagram pun, kita juga bisa mudah untuk membiasakan mata kita untuk menilai sebuah foto makanan yang baik. Namun soal menyampaikan "rasa" seperti yang diungkap di awal tulisan, adalah kunci yang berharga dari seorang Ruby.
Nah, bagaimana? Ada yang sudah siap-siap melakukan travelling? Ada yang mau mampir ke Macao? Jangan lupa untuk menjepret, merekam dan merasakan warisan gastronomi yang unik dan lezat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H