Saya yang berada di dekatnya pun mengulurkan handphone saya yang jika dibandingkan dengan milik Ruby mungkin tidak ada apa-apanya. Sebuah handphone milik Ruby kira-kira sebanding dengan harga tiga buah handphone saya. Tapi fotografer kondang itu cuek dan tetap mencoba mengambil gambar dengan kamera handphone milik saya.
Hasilnya? Hmm, ternyata benar apa kata Ruby di sesi penjelasan sebelumnya.
Kalimat tersebut jelas memotivasi orang-orang untuk tidak begitu saja menganggap keterbatasan sebagai kendala. Ruby bisa berbicara begitu karena ia telah mengalami sendiri sebuah proses panjang yang menjadikannya sebagai expert seperti sekarang.
Ruby bertahun sebelumnya berkecimpung di dunia alat-alat berat untuk konstruksi. Sebuah dunia yang tentu berbeda dengan dunianya saat ini. Perjalanan menuntunnya sebagai penulis atau blogger dan kini fokus dalam bidang food photography atau yang ia suka katakan dirinya dengan istilah sebagai food storyteller. Ya, memang ia adalah pencerita melalui media foto.
"Background apapun anda, yang tidak ada hubungannya sekalipun, pasti bisa dengan belajar dan latihan," ucapnya.
Melihat sosok seperti Ruby sungguh membukakan mata dan cakrawala. Imaji dan kreativitaslah yang harus diasah, sedangkan teknis fotografi bisa saja dicari dari berbagai sumber.
"Belajar dari youtube juga bisa," cetus Ruby.
Melalui media sosial seperti Instagram pun, kita juga bisa mudah untuk membiasakan mata kita untuk menilai sebuah foto makanan yang baik. Namun soal menyampaikan "rasa" seperti yang diungkap di awal tulisan, adalah kunci yang berharga dari seorang Ruby.
Nah, bagaimana? Ada yang sudah siap-siap melakukan travelling? Ada yang mau mampir ke Macao? Jangan lupa untuk menjepret, merekam dan merasakan warisan gastronomi yang unik dan lezat.