Sebuah pertanyaan menggelitik sempat dialamatkan kepada saya.
"Memangnya nggak capek dan lemes, puasa-puasa kok naik KRL, kegencet macam pepes gitu?"
Duh, lha mau naik apa lagi? Wong cuma KRL Commuter Line andalan saya untuk pergi dan pulang kerja. Nah, bahkan sudah beberapa hari bulan Ramadan, rasa-rasanya setiap pagi makin terasa padat saja penumpang.Â
Mungkin gara-gara orang berpuasa, jadi tidak ada yang bangun kesiangan dan akhirnya mereka pun sama-sama naik di rentang waktu yang sama yakni setelah Subuh hingga sekitar jam 7.00 WIB.
Bagaimanapun, pekerja yang setiap hari menggunakan jasa KRL Commuter Line harus mempersiapkan diri jika memang berpuasa. Siap fisik juga siap mental.
Siap Fisik
Jadi bagi saudara-saudara yang belum mengenal situasi KRL Commuter Line saat jam padat, beginilah kira-kira gambaran singkatnya. Penumpang di tiap stasiun akan saling bersaing dan berebut untuk naik ke dalam KRL, sementara di dalam KRL bukannya tempat duduk yang diperebutkan, tapi sejengkal tempat untuk bisa berdiri. Maka, harap maklum jika tiap saat terjadi dorongan, injakan, sikutan, jepitan dan segala jurus fisik yang seharusnya hanya terjadi di ajang gulat atau beladiri.
Bulan Ramadan, saat kebanyakan orang berpuasa, nyatanya kondisi di dalam kereta tidak malah "melunak", justru seperti tadi pagi saat saya berangkat, dorongan penumpang yang memaksa masuk ternyata lebih "sadis". Sampai-sampai announcer Commuter Line merasa perlu mengeluarkan instruksi tambahan lewat pengeras suara.
"Tolong ya jangan saling mendorong! Tolong jangan berantem!"
Nah, itu jelas kalimat langka, tidak ada dalam "template" pengumuman yang biasa diucapkan. Tapi saya tidak sedang hoax kok, kan puasa, nggak boleh bohong dong.
So, apa jadinya kalau pas sahur saya hanya makan mie instan? Bisa-bisa hanya dalam kurun 3 jam saya sudah lemes kelaparan. Maka bagi pekerja yang naik KRL Commuter Line, asupan energi saat sahur sangat perlu diperhatikan.