Dari jawaban jujur seorang sopir angkutan online ini membuat saya berpikir andai Premium dihapus saja keberadaannya. Saya berpikirnya sebagai warga negara yang berharap kualitas udara tidak menjadi semakin buruk gara-gara penggunaan BBM yang tidak ramah lingkungan. Polusi udara adalah kontribusi buruk dari penggunaan BBM, terutama yang punya RON rendah.
Toh, di sisi lain juga akan memaksa kalangan masyarakat yang belum teredukasi untuk lebih tahu dan akhirnya sadar bahwa penggunaan bahan bakar Premium pada akhirnya tidak membuat irit tetapi justru pemborosan.
Jika dilihat dari sudut pandang lingkungan, keberadaan Premium seolah hanya menjadi "beban" bagi Pertamina yang justru saat ini tengah berusaha memenuhi standar Euro 4 untuk produk BBM-nya. Euro adalah penamaan standarisasi emisi gas buang kendaraan yang digunakan untuk mengurangi polusi udara dari gas hasil pembuangan mesin kendaraan. Standar Euro bukanlah standar untuk meningkatkan performa mesin kendaraan, tapi lebih ke dampaknya terhadap lingkungan. Tujuannya adalah memperkecil kadar bahan pencemar atau pengurangan polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Munculnya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N dan Kategori O, maka mulai tahun 2018 Pemerintah Indonesia akan menetapkan BBM Euro 4 secara bertahap hingga tahun 2021.
Nah, ketika sudah ada payung hukumnya dan jika dilihat dari sisi teknologi mesin kendaraan, pasar otomotif dalam negeri yang masih berkutat pada standar Euro 2 di masa mendatang akan beralih pada standar Euro 4. Produsen otomotif ke depan diprediksi hanya akan memproduksi kendaraan bermotor yang cocok mengonsumsi BBM dengan standar Euro 4.
Jadi situasinya pasti akan berubah ketika pemilik kendaraan bermotor dengan teknologi mesin modern akan lebih ketat dalam konsumsi BBM. Bisa jadi pemilik kendaraan akan selalu mengawasi dan memperingatkan sopirnya agar selalu menggunakan BBM yang memenuhi standar.
Keberadaan BBM dengan standar Euro 4 ini ibarat makanan sehat dan bergizi bagi seseorang yang berkomitmen untuk bergaya hidup sehat. Tak lagi ada konsumsi junk food atau gorengan yang digoreng dengan minyak sembarangan, karena meskipun murah tetapi dampaknya bagi tubuh adalah penyakit yang mengintai. Bukannya hemat dan sehat malah berpotensi timbulnya penyakit bagi tubuh.
Melihat tren ke depan, memang sudah seharusnya Premium dilupakan dan "diputuskan" saja bak pacar yang sudah tidak cocok lagi untuk menjalani masa depan. Tapi mungkin saat ini pemerintah dan Pertamina masih ada rasa "sayang" untuk tegas "memutuskan" begitu saja nasib Premium.
Tapi bagaimanapun, nasib Premium memang sudah di ujung tanduk. Hanya menunggu waktu untuk tegas menghapus keberadaan Premium dan menatap hidup dengan lebih baik dengan produk BBM yang lebih ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H