Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money

Gurihnya Bisnis 'Mempermainkan' Konsumen

27 Juli 2011   13:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:19 3786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sepekan ini di jantung pusat Kota Kendari, yakni di kompleks MTQ Square, berlangsung sebuah event pameran. Seperti biasa, jika ada kegiatan seperti ini akan, warga Kendari dan sekitarnya akan berduyun-duyun meramaikannya. Namun, berbeda dengan pameran-pameran lainnya, kali ini lebih tepat jika event itu disebut sebagai pasar malam. Karena tidak ada produk spesifik yang dipamerkan, hanya aneka barang mulai dari produk motor, ponsel, pakaian, hingga sembako yang ada. Sayangnya, perhelatan yang waktunya hanya beberapa hari menjelang bulan Ramadhan ini justru diramaikan juga oleh stand-stand yang menawarkan permainan berbau judi serta cara dagang yang 'mempermainkan' pembeli. Nah, berikut hasil jepretan saya dengan ponsel berkamera di arena pasar malam menyoroti stand-stand tersebut. 1. Permainan Bola Gelinding [caption id="attachment_121902" align="aligncenter" width="640" caption="Bola gelinding (Foto dok. pribadi)"][/caption] Jumlah stand yang menawarkan permainan bola gelinding ternyata cukup banyak, sekitar sepuluh stand, dengan ukuran stand yang luas. Permainan inilah yang unsur judinya terbilang cukup besar. Pengunjung, yang ironisnya ada anak-anak dan remaja, harus membeli tiket senilai seribu rupiah per lembar untuk dipertaruhkan di meja yang penuh dengan angka. Setelah itu tinggal menunggu saja bola kecil menggelinding ke nomor berapa. Jika mujur, pengunjung bisa meraup hadiah berupa rokok. Malam itu, saya melihat betapa antusias pemasang taruhan yang berkali-kali nembus nomornya. Sedangkan yang masih malu-malu mencoba tampak lebih sering gagal dan kehilangan uangnya. Jelas sekali inilah bisnis judi dengan segmen kalangan bawah. Mana ada bandar bisa rugi dengan permainan itu. Ironisnya, di tempat umum seperti ini bisnis itu tetap melenggang tanpa larangan. 2. Adu Ketangkasan Memancing [caption id="attachment_121903" align="aligncenter" width="576" caption="Memancing botol (Foto dok. pribadi)"]

1311774227632818921
1311774227632818921
[/caption] Bukan ikan yang dipancing di sini. Dengan sebuah tongkat pancing yang ujungnya berkail sebuah gelang kecil, pengunjung harus sukses memasukkan ke leher botol tanpa menjatuhkan batang korek api yang melintang di atas tutup botol. Jika berhasil maka modal lima ribu rupiah sekali pancing akan mendapatkan hadiah sebuah telepon genggam. Sangat sulit memang, namun nyatanya si penjaga stand ini bisa dengan mudah melakukannya tanpa menjatuhkan korek. 3. Catur Tiga Langkah Raja Mati [caption id="attachment_121905" align="aligncenter" width="576" caption="Tiga langkah raja mati (Foto dok. pribadi)"]
1311774329977469268
1311774329977469268
[/caption] Inilah permainan yang kerap ditemui di berbagai daerah. Biaya pendaftaran adalah sepuluh ribu rupiah untuk melawan si pemilik permainan. Namun, tidaklah mudah mematikan raja lawan dengan tiga kali langkah jika tidak menguasai rumusnya. 4. Lelang barang elektronik [caption id="attachment_121907" align="aligncenter" width="640" caption="Lelang elektronik (Foto dok. pribadi)"]
13117744282117429106
13117744282117429106
[/caption] Sang pelelang ternyata memiliki kemampuan orasi setara dengan penjual obat. Begitu cepat dan memikat pengunjung. Dengan suaranya yang berat, dia menawarkan kombinasi paket barang-barang elektronik, misalnya sebuah dispenser, setrika dan jam tangan yang ditawarkan dengan harga awal Rp. 400.000. Jika tidak ada yang menawar, ia akan menurunkan harganya menjadi Rp. 350.000 atau Rp 200.000 sampai ada yang mau membeli. Jika tidak ia akan melelang paket lainnya. Entah pakai ilmu 'pelet' macam apa, ternyata banyak juga yang membeli. Padahal bisa saja mereka yang beli tidak membutuhkan barang itu. Saat diperhatikan pun, barang-barang yang ditawarkan kebanyakan tidak bermerk. Tentu saja kualitasnya diragukan.

--- 000 ---

Sebuah usaha atau bisnis tentu berorientasi keuntungan. Begitu juga dengan bisnis yang mengandalkan 'permainan' seperti di atas. Namun, berbisnis tanpa 'mempermainkan' konsumennya tentu akan menjadikan keuntungan sebagai sesuatu hal yang lebih nikmat dan benar-benar gurih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun