Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humor

Andai Malinda dan Selly Jadi Debt Collector

3 April 2011   04:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:10 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Heboh benar pemberitaan seputar kejahatan perbankan akhir-akhir ini. Televisi rajin memberitakan kasus yang terjadi di Citibank, nasabah tewas gara-gara aksi kekerasan debt collector. Pun, kasus lain yang terkait Citibank juga mencuat hampir bersamaan gara-gara pelakunya cantik dan seksi pula, bernama Malinda Dee. Ia dituduh nilep duit nasabah yang nilainya milyaran. Gila bener...

Kalau kita mendengar istilah debt collector, pasti yang terbayang adalah sosok pria sangar, berotot dan kasar pula. Tugasnya memang mengintimidasi nasabah yang nunggak bayar kreditan. Tak ada duit, bogem bisa melayang.

Sekarang gara-gara kasus Citibank, orang ramai-ramai komentar menghujat cara-cara preman para debt collector. Para pengamat dihadirkan di televisi untuk menilai sepak terjang "juru tagih" kasar itu. Namun, sepanjang yang saya ikuti, belum ada yang melemparkan ide untuk merombak total aturan tentang keberadaan debt collector itu.

Saya jadi bertanya sendiri, kalau keberadaan debt collector dan agennya itu diatur juga dalam peraturan Bank Indonesia, kok mesti mengakomodasi debt collector yang cara kerjanya selalu kasar begitu. Maaf saya sebenarnya belum baca aturannya, tapi saya yakin pasti ada tahapan-tahapan tertentu yang mesti ditaati oleh debt collector.

Tapi kalau keberadaan seorang debt collector yang mirip preman ini masih diakomodasi, tentu kasus-kasus lain bakalan muncul. Saya membayangkan jika ada aturan yang melarang seorang debt collector itu punya tatto, bawa senjata api dan senjata tajam, dilarang merokok saat kerja, serta harus pakai seragam dan identitas jelas.

Lebih baik lagi jika yang boleh jadi debt collector itu adalah wanita-wanita cantik dan seksi macam Malinda atau Selly Yustiawati saja. Daripada kerjanya menipu orang kan lebih baik bakatnya disalurkan untuk jadi debt collector. Toh, mereka pandai merayu dan membujuk orang.

Saya jadi ingat mereka yang berprofesi jadi SPG rokok. Saking pintarnya merayu, orang yang tadinya tak punya niat membeli ternyata jadi membeli. Tak sedikit orang yang sebenarnya bukan perokok, eh malah ikutan beli rokok, demi bisa ngobrol sama mbak-mbak SPG yang cantik. Seperti saya, haha... Nah, bakat-bakat seperti ini kan lumayan juga kalau diterapkan di dunia tagih menagih kreditan bank.

Lha kalau yang ditagih itu wanita juga? Hmm... yang model begini mungkin bisa mencari debt collector yang lucu mirip Tukul dan Sule. Lebih baik nasabah bermasalah diancam dengan humor daripada dengan kekerasan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun