Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gondrong

27 September 2010   08:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:56 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mukanya memerah, memendam amarah. Ia terus mengomel di hadapanku.

Teman-temanku memandang dengan pandangan yang beragam. Ada yang terlihat jijik melihatku, ada yang menahan tawa. Ada yang memandang iba.

"Kau tahu peraturan sekolah?! Tidak boleh berambut grondrong! macam preman saja kau!"

Wajar seorang kepala sekolah marah kepada siswanya ketika peraturan sekolah dilanggar. Namun, apakah aku benar-benar melanggar? Aku kurang mengerti.

Tangannya sudah membawa gunting. Ia hendak mencukur rambut gondrongku di depan banyak pasang mata. Harga diriku dipertaruhkan.

"Buka bajumu! Angkat tanganmu!" perintahnya.

Keringatku mulai mengucur deras. Akhirnya kuberanikan diri membuka mulutku.

"Pa.. pak... Maaf, kan bukan rambut kepala saya yang gondrong, cuma rambut ketiak pak... Apa saya tetap melanggar peraturan...?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun