Mohon tunggu...
Widyo Nugroho
Widyo Nugroho Mohon Tunggu... dosen -

Bekerja di dunia pendidikan, tertarik dengan pengembangan media pendidikan, sosial dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mamiku dan Pangeran Kodok-nya

1 April 2014   07:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1396285593763925660

Ini kisah mamiku seorang perempuan jawa yang mempunyai  sembilan anak. Anak pertamanya adalah lelaki.. Konon kata temanku, dalam konsep perempuan jawa, anak lanang (lelaki) mbarep  biasanya adalah pangeran kodoknya yang akan dikrungekepi meski anak panah meluncur deras menghujam pada punggungnya. Kisah ini saya tuliskan untuk berbagi tentang hidup dan kehidupan ini. Apakah benar kata sosiolog tentang k0nsep perempuan jawa bahwa anak pertama lelaki seperti pangeran kodok, dimana sang ibu siap mengorbankan dirinya walau anak panah deras menghujam tidak dihiraukan asalkan anak nya selamat.

bertahun mami menderita karena ulah anak sulungnya, tetapi tidak sedikitpun ada marah di hatinya, di mata mamiku anak sulungnya ibarat pangeran yg harus dilindungi. kami adik-adiknya selalu diingatkan untuk memaafkan dan tetap menghormatinya

tetapi tetap tidak berubah, apakah pangeran kodok sudah membusuk hatinya sekian puluh tahun membuat mami menderita tidak sedikitpun tergerak hatinya untuk mohon maaf atas segala dosanya. Dan sampai detik ini mami masih menunggu pangeran kodok datang bersimpuh dihadapannya dan mohon maaf

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun