Mohon tunggu...
Widiawati Sinta Dewi
Widiawati Sinta Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Universitas Dr. Moestopo Beragama

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Akuntansi Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi Global 2023: Dampaknya pada Sektor Perekonomian di Indonesia

2 Juli 2023   19:33 Diperbarui: 2 Juli 2023   19:54 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 3,4% pada tahun 2022, menjadi 2,9% pada tahun 2023 akan penurunannya sudah signifikan. Nah hal ini tentu kaitannya dengan Amerika, Amerika ini negara yang sangat berpengaruh dalam ekonomi global karena kontribusinya begitu besar dan Amerika juga mengalami sejumlah permasalahan terutama terutama inflasi yang masih tinggi yang bisa mencapai 8% dan sekarang sudah turun mencapai 5%-5,8% tetapi Amerika tetap masih menginginkan inflasi yang semula yaitu sekitar 2% sehingga semua ini akan mengakibatkan Amerika tetap akan menaikkan suku bunga.

Adapun dinamika ekonomi yang terjadi di global yang akan berdampak terhadap ekonomi di Indonesia, bisa dilihat dengan 2 jalur yaitu melalui jalur perdagangan dan melalui sektor finansial. Yang terjadi di Eropa kemudian perlambatan ekonomi di China dan juga Amerika ini berdampak di sektor perdagangan. Bisa dilihat melalui data total ekspor Indonesia ke Eropa, china, dan Amerika di perkirakan mencapai 7,63 Miliar Dollar AS dengan market share ke-3nya sebanyak 40% dari total ekspor Indonesia yang mencapai 19,29 Miliar Dollar AS. 

Dengan jumlah ekspor ke-3 negara tersebut dibandingkan dengan total PDB atau Produk Domestik Bruto di Indonesia maka kontribusi ekspor memang ada sekitar 40%. Jika terjadi kontraksi di 3 negara tersebut maka akan berpengaruh sekitar 1,8%-2% terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan. 

Perlambatan yang terjadi di global terutama di Eropa, Amerika, China pasti juga akan berdampak pada demand industri dalam negeri yang berorientasi ekspor. Jika dilihat sektor yang terdampak setiap negara pasti akan berbeda, jika dilihat pada bulan April lalu yang sudah dirilis oleh Badan Pusat Statistik dengan China mengekspor komoditas bahan pangan mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, kontruksi dan baja yang akan terpengaruh demandnya. 

Sedangkan dengan Amerika ada produk tekstil dan garmen. Sementara itu untuk Eropa perdagangan terbesarnya itu dengan Jerman mengekspor produk kulit olahan dan garmen, bahan kimia, produk pangan, logam, karet dan plastic serta material kendaraan bermotor berpotensi mengalami penurunan. 

Amerika juga mengalami masalah di sektor perbankan dan keuangan tentu kondisi Amerika sangat berpengaruh kepada Indonesia dan juga berpengaruh bagi global karena kontribusinya, kalau global berarti akan berpengaruh juga ke negara lain termasuk Indonesia sendiri.

China juga negara yang sangat penting yang juga diperkiran akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Jadi setiap penurunan di China 1% itu akan berdampak sekitar 0,2-0,6% terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ini tentu juga akan berpengaruh signifikan.

Pertumbuhan ekonomi di Eropa sendiri resmi secara teknikal mengalami resesi setelah mengalami pertumbuhan negatif selama II Kuartal secara berturut-turut. Hal ini disebabkan karena adanya revisi pertumbuhan ekonomi di Jerman yang lebih dalam yang atdinya diharapkan berkontraksi 0,3 akan tetapi ternyata terkontraksi 0,5 sehingga berdampak terhadap agregat di Eropa secara keseluruhan. Eropa sendiri memiliki dampak signifikan sekarang sudah terlihat di sektor manufaktur terutama pada tekstil.

Khusunya PHK yang kerap terjadi di Indonesia sendiri pada sektor padat karya khususnya tekstil, ada efek dari kondisi global yang ada saat ini. Untuk tekstil ini banyak yang sifatnya pesanan dari brand-brand besar. Jadi kalau di Eropa sendiri mengalami penurunan dengan sendirinya sehingga ekspor di Indonesia juga mengalami penurunan. Jika itu turun tentu perusahaan akan melakukan efisiensi. Untuk permintaan sendiri sudah melemah dari negara-negara tersebut di sektor tekstil.

Sebagai contoh pada perusahaan PT Horn Ming Indonesia yang berlokasi di Tangerang terpaksa melakukan PHK sebanyak 600 karyawan dari jumlah total karyawan sebanyak 2.400 hal ini dikarenakan produksinya menurun sampai 50%. Hal tersebut dilakukan demi menjaga kelangsungan usaha serta mengatasi kerugian usaha serta akibat permasalahan beban biaya operasional yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan penjualan usaha tersebut. 

Secara garis besar perusahaan yang bergerak di bidang ekspor sepatu tersebut mengalami penurunan produksi, hal ini mengakibatkan perusahaan harus mengurangi jumlah karyawannya. Alasan terjadinya PHK adalah karena sepinya order dan efek lesunya pasar Eropa setelah terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina. Saran saya sebaiknya pemerintah melakukan stop barang-barang impor ini penyebab dari banyaknya barang-barang impor yang masuk ke Indonesia menjadikan rugi perusahaan dalam negeri yang kalah bersaing dengan barang impor. Jika impor masih berjalan di Indonesia, maka produksi dalam negeri akan tenggelam.

Karena hal tersebut para pelaku usaha tentunya juga mengalami hal yang tidak mudah terutama yang memang produknya dituntut untuk di eskpor ke-3 negara tersebut, disatu sisi adanya pelemahan demand dari global namun disisi lain harga bahan baku meningkat. Karena hal tersebut pemerintah diharapkan ikut andil. Saat ini pemerintah dinilai sudah bagus, yaitu berhasil mengendalikan inflasi baik itu disisi produsen maupun konsumen. 

Diharapkan juga menjaga iklim ekonomi dan bisnis domestik tetap stabil dan kondusif sehingga aktivitas produksi dalam negeri berjalan optimal. Serta yang lebih penting melakukan perluasan pasar ekspor untuk komoditas keunggulan RI, seperti CPO, batu bara, dan produk hasil manufaktur yang lain.

Bagi pelaku usaha, mereka harus survive. Untuk melakukan survive yang harus dilakukan adalah mempertahankan cash flow. Apabila perusahaan tersebut masih memiliki cash flow masih tidak terlubangi oleh kewajiban-kewajiban, perusahaan tersebut masih bisa bertahan. Dan itu implikasinya pasti adanya efisiensi di perusahaan yaitu dalam sektor padat karya bisa berupa pengurangan jam kerja, PHK itu menjadi konsekuensi logis dari sebuah proses. Oleh karena itu, perusahaan harus menjaga cash flow agar tidak terganggu agar tidak menimbulkan dampak-dampak yang lebih besar lagi.

Dengan mempertahankan pasar juga menjadi langkah perusahaan untuk survive dan tetap membangun loyalitas supaya hubungan tersebut tidak putus. Memang perlu adanya diversifikasi pasar maupun produk, namun hal tersebut tidak semudah membalikan telapak tangan. Contohnya pemindahan pasar yang tadinya ke Eropa kemudian berpindah ke Amerika ataupun ke daerah Timur tengah. Diversifikasi ini memang hukumnya wajib akan tetapi tidak bisa melakukannya secara tiba-tiba oleh karena itu perlu adanya hubungan pemerintah untuk bisa membuka akses kepada pasar-pasar yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun