Di Indonesia sendiri banyak sekali perusahaan. Baik perusahaan yang dikelola oleh keluarga maupun non keluarga. Para pendiri bisnis menetapkan prinsip, visi, dan misinya yang di junjung tinggi. Bisnis keluarga biasanya mempunyai tujuan, sumber daya, dan budaya yang berbeda sebagai hasilnya. Hamper 95% perusahaan di Indonesia adalah bisnis yang dikelola oleh keluarga. Selain itu, perusahaan keluarga juga menyumbang 82% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat 458 bisnis keluarga di Indonesia dengan 510 bisnis tercatat di BEI. Dengan kata lain, Sebagian besar bisnis di Indonesia yang dijalankan oleh keluarga, sangat mempengaruhi perekonomian yang berada di Indonesia. Banyak perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki oleh keluarganya sendiri, bukan hanya sahamnya melainkan sampai karyawannya. Berbicara soal saham selalu berhubungan dengan yang namanya dividen. Keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap pembagian dividen. Dividen sendiri dapat mengurangi laba yang ditahan pada perusahaan.
Dengan membagikan dividen sekian persen atau tidak dibagikannya dividen tersebut yang akan digunakan sebagai laba yang ditahan untuk kegiatan operasional perusahaan yang berlanjut. Namun yang terjadi sering kali pada perusahaan keluarga pada saat pembagian dividen, keluarga tersebut meminta semua dividen tanpa disisakan sebagian untuk kegiatan operasional perusahaan selanjutnya, hal ini merupakan keputusan yang salah karena suatu saat apabila perusahaan menerima proyek dan membutuhkan budget yang besar bisa dengan laba yang ditahan, namun apabila laba tersebut dibagikan semuanya ke anggota keluarga, hal inilah yang akan membuat bingung pimpinan perusahaan. Apakah anggota keluarga akan menyetorkan kembali uangnya sebagai modal pada saat ada proyek? Hal tersebut terdengar seperti judi. Lantas, faktor apa saja yang dapat menurunkan laba pada perusahaan keluarga?
Bergantung Terhadap Dividen
Banyak keluarga yang kehidupannya bergantung pada dividen di perusahaan tempat ia menginvestasikan uangnya. Bahkan di perusahaan besar antargenerasi sekalipun semakin banyak anggota keluarga bergantung pada pembayaran dividen untuk pendapatan. Maka dari itu, semakin besar pembayaran dividen yang dibutuhkan. Sehingga, hal tersebut dapat mengurangi laba ditahan yang ada di perusahaan.
Memperkerjakan Anggota Keluarga Yang Kurang Kompeten
Biasanya pada perusahaan keluarga, anggota keluarga terlibat dalam manajemen perusahaan. Sisi baiknya dari keterlibatan ini adalah terciptanya tujuan yang selaras antara keluarga dan manajemen, namun sisi buruknya penempatan anggota keluarga yang tidak cukup kompeten dalam bidangnya untuk menjalankan usaha dapat menurunkan kinerja usaha. Jika kinerja memburuk, maka laba juga berkurang yang berdampak pada tidak dibayarkannya dividen.
Tidak Sesuai Passion
Daya Qarsa mengemukakan hingga generasi kedua sebanyak 70% perusahaan keluarga mengalami ketidakmampuan bertahan. Bahkan hanya generasi kedua dengan persentase sebanyak 30% dan generasi ketiga dengan persentase sebanyak 13% yang mampu bertahan. Bisnis keluarga pasti memiliki generasi penerus, namun yang menjadi masalah adalah apabila generasi penerus tersebut passionnya bukan dibidang bisnis. Beberapa orang menganggap bahwa dalam berbisnis, harus memiliki jiwa bisnis. Apabila tidak memilikinya akan susah untuk memulai bisnis. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi bisnis keluarga.
Terjadi Konflik Antar Keluarga
Hal ini karena Sebagian besar manajemen perusahaan terdiri dari anggota keluarga, dan sering terjadi konflik antar kepentingan pribadi dan kepentingan bisnis. Partisipasi anggota keluarga baik dalam bisnis keluarga maupun kehidupan pribadi anggota keluarga umumnya dapat menimbulkan konflik peran yang sering kali mengaburkan batas antara pekerjaan dan peran keluarga. Konflik yang muncul tentunya dapat menghambat proses pengelolaan suatu perusahaan. Konflik dalam perusahaan keluarga diduga memiliki efek merugikan yang dapat mempersingkat siklus hidup bisnis.