Mohon tunggu...
Widia Rahel
Widia Rahel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi ekonomi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Krisis Global dan Filsafat Ekonomi:Meninjau Kembali Konsep Kesejahteraan

31 Desember 2024   12:18 Diperbarui: 31 Desember 2024   12:18 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah menghadapi sejumlah krisis global yang tidak hanya mengubah tatanan sosial dan politik, tetapi juga memunculkan pertanyaan mendalam mengenai konsep kesejahteraan. Dari krisis finansial 2008 hingga krisis iklim yang semakin memburuk, serta ketimpangan ekonomi yang semakin lebar, semua ini menunjukkan bahwa pendekatan tradisional terhadap ekonomi dan kesejahteraan perlu dievaluasi ulang. Salah satu cara untuk menganalisis masalah ini adalah melalui lensa filsafat ekonomi, yang menawarkan pandangan lebih dalam mengenai bagaimana ekonomi seharusnya dilihat dalam kaitannya dengan kesejahteraan manusia.

1. Krisis Global: Tantangan yang Mempengaruhi Kesejahteraan

Krisis global adalah masalah yang tidak hanya berdampak pada satu negara atau kawasan, tetapi meluas ke seluruh dunia, mempengaruhi ekonomi, politik, dan kehidupan sosial. Misalnya, krisis finansial global yang dimulai pada tahun 2008 mengguncang sistem perbankan, meruntuhkan pasar saham, dan menyebabkan resesi besar di berbagai negara. Ini menimbulkan dampak sosial yang mendalam, terutama dalam bentuk pengangguran massal dan peningkatan kemiskinan. Selain itu, krisis iklim yang semakin nyata juga menunjukkan dampak yang tidak bisa dihindari terhadap sumber daya alam dan kualitas hidup manusia.

Krisis-krisis ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana kita mengukur dan mengelola kesejahteraan. Apakah kesejahteraan hanya terukur dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita? Ataukah ada dimensi lain yang lebih mendalam yang perlu diperhatikan, seperti kesejahteraan sosial, lingkungan, dan psikologis?

2. Filsafat Ekonomi dan Konsep Kesejahteraan

Filsafat ekonomi merupakan cabang filsafat yang mengkaji dasar-dasar prinsip ekonomi, serta nilai-nilai yang mendasari kebijakan ekonomi. Dalam konteks krisis global ini, filsafat ekonomi berusaha memberikan perspektif kritis terhadap cara-cara tradisional dalam melihat kesejahteraan, yang sering kali terfokus pada indikator ekonomi semata seperti PDB (Produk Domestik Bruto) atau pertumbuhan ekonomi.

Salah satu pandangan filsafat ekonomi yang penting adalah utilitarianisme yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Utilitarianisme mengajukan bahwa tindakan atau kebijakan ekonomi yang baik adalah yang memaksimalkan kebahagiaan atau kesejahteraan terbesar bagi jumlah orang terbesar. Namun, dalam prakteknya, pendekatan ini sering kali memunculkan ketidakadilan sosial, terutama ketika kebijakan tersebut hanya menguntungkan kelompok tertentu, seperti korporasi besar atau individu kaya, sementara mengabaikan masyarakat yang lebih miskin atau kurang beruntung.

Di sisi lain, teori keadilan distributif yang dikembangkan oleh John Rawls dalam bukunya A Theory of Justice mengajukan gagasan bahwa kesejahteraan harus dilihat dalam konteks distribusi yang adil. Rawls berpendapat bahwa kebijakan ekonomi yang adil adalah yang menguntungkan mereka yang paling tertinggal dalam masyarakat, dengan prinsip "difference principle" yang memungkinkan ketidaksetaraan ekonomi, asalkan ketidaksetaraan tersebut memberikan manfaat bagi yang paling tidak beruntung.

3. Relevansi Filsafat Ekonomi dalam Menanggapi Krisis Global

Dalam menghadapi krisis global, filsafat ekonomi menjadi alat yang sangat berguna untuk meninjau kembali konsep kesejahteraan. Menggunakan perspektif filsafat ekonomi, kita bisa mempertimbangkan beberapa dimensi kesejahteraan yang lebih luas:

Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi: Pendekatan ekonomi yang berfokus pada kesejahteraan sosial, bukan hanya angka-angka ekonomi, memberikan ruang untuk lebih memperhatikan ketimpangan dan ketidakadilan sosial yang semakin mengkhawatirkan. Misalnya, meskipun beberapa negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, ketimpangan pendapatan dan kesempatan antara kelas sosial yang berbeda justru semakin besar. Filsafat ekonomi mengajak kita untuk bertanya apakah ekonomi yang "makmur" benar-benar membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun