KESATRIA BULAN PURNAMA
Angin bergemuruh di kala ayunan pedang siap menghempaskan musuh. Suara gesekan pedang seakan lebih nyaring daripada Guntur. Kabut pun jadi saksi dari sengitnya pertarungan dua pendekar ini. Â
Mata mereka saling bertemu di atas pedang mereka yang saling bersentuhan. "Jangan harap kau bisa lari dariku Raka." Sraak! Dorongan pedang membuat mereka saling berjauhan. Langkah kaki terus berpacu dan kian mendekat. Sring! Mereka bertahan sekuat tenaga.
"Bagaimanapun juga aku akan menghentikanmu!" Bhuaakk! "Okhok okhok." Seseorang terjatuh saat pukulan menghantam dadanya. "Ha ha ha! Lihatlah pria malang ini. Menghentikanku katamu?" Senyum getir terbentuk di wajah sangar itu, "bagaimana jika aku menghabisimu lebih dulu. Apa kau masih bisa menghentikanku hem?" Pria malang ini melihat sekeliling. Kabut semakin tebal sampai memenuhi penglihatannya. Dia kemudian berdiri namun sedikit membungkuk. "Dimana kau? Keluarlah!"Â
Dengan sikap waspada, dia siap siaga sambil memegang pedang dengan kedua tangannya. "Apa kau pernah dengar? Di gunung ini tinggal seekor siluman kumbang. Dia muncul tepat saat bulan purnama. Dan kau tau? Sekarang adalah malam bulan purnama. Bukankah ini sangat menarik?" "Apa maksudmu?" ucapnya sedikit bingung.Â
Swuuush! Suara angin dari sebelah kanan membuatnya spontan menengok. Dan tiba-tiba, pedang datang kearahnya. Beruntung dia sempat menghindar. Namun, bahu kanannya terluka. "Ukh..." rintih pria itu. Dia terkejut karena musuh terus mendesak pria itu, membawanya ke sisi jurang. Musuh yang lebih besar dari badan pria itu terus menyerangnya tanpa henti. Pedang ia ayunkan dengan kuat, membuat lawan yang terluka itu kewalahan hingga pedangnya terlempar.Â
"Maaf saja, sepertinya keinginanmu tidak akan terwujud." Pria besar itu spontan menusuk lawannya yang sedang lengah. "Aaakh!" Terjatuhlah dia kala pinggangnya banyak mengeluarkan darah. "Karena kau akan mati di sini." Buaakh! Whussh! Dengan wajah kaget, pria itu terhempas ke udara. Tendangan kuat itu bahkan masih terasa sakit, dan itu membuat raganya jatuh ke dalam jurang. Apa ini akhir hidupku? Padahal aku belum sempat mengungkap rahasia itu. Maafkan aku... pangeran.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H