COACHING SEBAGAI SOLUSI DALAM PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Oleh: Widiani Trisnaningsih
CGP Angkatan 9, SMK Negeri 3 Metro, Lampung
Coaching adalah tindakan untuk membantu seseorang berubah menjadi lebih baik agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Coaching merupakan tindakan mendukung seseorang di setiap level untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. Coaching berfungsi untuk membangun kesadaran memberdayakan pilihan dan mengarah pada perubahan. Coach memberikan bimbingan, dukungan, dan panduan kepada individua tau kelompok lain (coachee). Tujuan utama dari coaching adalah membantu coachee mencapai tujuan pribadi atau profesionalisme mereka, mengembangkan keterampilan, potensi, serta kinerja dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam konteks pembelajaran dan supervisi akademik, coaching sangat bermanfaat dan diyakini akan efektif untuk menggali kompetensi seseorang dalam mengatasi permasalahan pembelajaran atau pun kinerjanya di sekolah. Dalam hal ini, proses coaching menjadikan seorang coach sebagai mitra bagi coachee sehingga tidak ada yang lebih imperior atau pun superior. Hal ini sangat baik untuk menumbuhkan rasa saling berbagi dan semangat untuk memperbaiki karena coachee tidak merasa bahwa dirinya sedang "digurui" tetapi lebih kepada "diarahkan" untuk mengembangkan potensinya.
Proses coaching dapat menggunakan alur TIRTA yakni:
- T (Tujuan) berfungsi untuk merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik yang ingin dicapai oleh coachee.
- (I) Identifikasi yang berfungsi untuk menggali informasi terkait masalah yang ingin diselesaikan.
- (R) Rencana aksi, dimana coach bersama coachee merancang rencana konkrit untuk pemecahan masalah.
- (TA) Tanggung jawab, yaitu coach dan coachee mengawal eksekusi rencana aksi hingga selesai hingga melakukan refleksi.
Implementasi alur TIRTA untuk proses coaching ini teruji sangat baik hasilnya karena coach dapat mengarahkan dan menggali potensi coachee dengan optimal, mulai dari penentuan tujuan coaching, mengidentifikasi permasalahan sedetil mungkin sehingga dapat memungkinkan coach untuk mendapatkan informasi yang akurat dari berbagai aspek. Selain itu, tahap "rencana aksi" juga efektik untuk memandu coachee merumuskan perencanaan yang akan dilakukan sesuai dengan kapasitas dan situasi yang dihadapainya. Terakhir, tahapan "tanggung jawab" dapat membuat coachee lebih berkomitmen untuk menindaklanjuti rencana tindak lanjutnya secara rinci termasuk kapan rencana tersebut akan dimulai dan dievaluasi kembali oleh coach.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh coach dalam menerapkan coaching yang efektif adalah:
- presence atau hadir seutuhnya dimana coach harus betul-betul meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan fokus pada saat coaching.
- Mendengarkan aktif menggunakan teknik RASA adalah Receive (menerima) Acknowledge (memberi tanda) Summarize (membuat kesimpulan) dan Ask (menanyakan). Teknik ini digunakan untuk mendengar aktif terhadap apa yang disampaikan coachee, menerima semua informasi dan menangkap kata kunci yang diucapkan berulang-ulang. Lalu beri tanda/sinyal bahwa coach memahami apa yang diutarakan tersebut dan rangkum untuk memastikan pemahaman yang sama.
- Memberikan pertanyaan berbobot yaitu pertanyaan yang bisa membuat coachee secara terbuka mengungkapkan permasalahannya secara jujur dan memunculkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk menggali potensi penyelesaian masalah tersebut.
Proses coaching dalam pembelajaran dan supervise akademik sangat terkait dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi dimana dalam proses coaching ini, coach harus mampu melayani kebutuhan setiap individu baik murid mau pun sesame rekan sejawat. Coach harus secara subjektif memahami dan menerima seutuhnya diri coachee sebagai individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya. Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi dimana kebutuhan setiap individu harus terpenuhi sesuai dengan kompetensi, potensi, dan kapasitasnya serta situasi dan kondisi yang dihadapi.
Sementara itu, konsep coaching ini juga terkait dengan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dimana dalam implementasi proses coaching, secara otomatis coach harus mampu mengimplementasikan PSE. Coach idealnya harus memahami kondisi dan latar belakang sosial emosional coachee sehingga proses coaching dapat berjalan lancar. Diantaranya dalam proses coaching, coach secara bersamaan juga menggali potensi kesadaran diri, manajemen diri, keterampilan berelasi, kesadaran sosial, dan pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab. Kelima aspek ini sejalan dengan hal-hal yang terdapat dalam proses coaching menggunakan alur TIRTA.