Mohon tunggu...
Widi Alste
Widi Alste Mohon Tunggu... -

belajar dan terus belajar... berusaha agar hidup lebih bermanfaat..\r\nchek me at http://widicapone.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pahlawan Perang

8 Mei 2011   11:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:57 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gemuruh laju kereta memelan; berhenti. Ini adalah kota yang kami tinggalkan demi kemerdekaan. Kami turun dengan bangga. Haru membuncah perlahan. Terdengar sorak sorai para penjemput.Ya, kami adalah pahlawan. Sekutu telah kami usir dari tanah tercinta. Ya, aku sangat bangga. Kusapu wajah para penjemput. Dan kutemukan disana, Gadis yang dahulu menjahitkanku pakaian untuk bertempur. Aku berlari dan memeluknya. Iapun menangis.

“Dimana ibumu? Tidak menjemput ayah?”

Anakku memandangku kosong.

“Ibu lari dengan komandan Sekutu Pak.” Ucapnya tersengal.

Jantungku serasa berhenti.

“Syukurlah”. Kupalingkan wajahku ke belakang. Perawat cantik tersenyum padaku. Dia mengelus rambut anakku. Akupun tersenyum, memandang perutnya yang genap 6 bulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun