Mohon tunggu...
Widia Larasati
Widia Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi okahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Ketenangan dan Motivasi : Psikoedukasi tentang Mengoptimalkan Kesejahteraan Emosional pada Pasien Kanker dalam mendukungPencapaian SDG 3

11 Juli 2024   12:40 Diperbarui: 11 Juli 2024   12:41 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Psikoedukasi tentang kesejahteraan emosional (emotional well-being) penting bagi pasien kanker karena berbagai alasan yang mendalam dan berdampak positif, seperti pasien kanker sering mengalami tingkat stres yang tinggi dan kecemasan yang berkaitan dengan diagnosis, pengobatan, dan prognosis mereka. Psikoedukasi dapat memberikan strategi untuk mengelola stres ini, termasuk teknik relaksasi, meditasi, atau latihan pernapasan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi ketidaknyamanan emosional. Dapat membantu pasien dan keluarganya untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi akibat penyakit kanker. Hal ini mencakup penyesuaian terhadap perubahan fisik, sosial, dan psikologis yang mungkin timbul selama perjalanan pengobatan. Melalui psikoedukasi, pasien dapat belajar cara meminta dan menerima dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas. Ini sangat penting untuk menjaga koneksi sosial yang positif dan merasa didukung selama pengalaman yang menantang ini. Pasien yang memiliki kesejahteraan emosional yang baik cenderung lebih patuh terhadap rencana pengobatan mereka. Mereka mungkin lebih mampu menghadapi efek samping pengobatan dan mengikuti saran medis dengan lebih baik. Dapat membantu pasien untuk fokus pada aspek-aspek positif dalam kehidupan mereka dan mengatasi perasaan putus asa atau depresi yang mungkin muncul. Ini dapat meningkatkan kualitas hidup mereka meskipun sedang menghadapi penyakit yang serius.

Dengan memahami peran mereka dalam manajemen emosi dan kesehatan mental mereka, pasien lebih mungkin untuk melihat proses pemulihan sebagai bagian dari perjalanan mereka menuju kesehatan yang optimal. Serta dapat membantu mencegah atau mengurangi risiko masalah kesehatan mental tambahan seperti depresi atau kecanduan yang mungkin timbul sebagai akibat dari stres kronis yang terkait dengan penyakit kanker. Dengan demikian, psikoedukasi tentang kesejahteraan emosional bukan hanya memberikan dukungan saat ini bagi pasien kanker, tetapi juga membantu mereka mempersiapkan masa depan yang lebih baik dengan cara yang lebih baik. Itu merupakan bagian integral dari perawatan holistik yang komprehensif untuk pasien kanker.


Emotional well-being adalah dimensi spesifik dari kesejahteraan subjektif, yang
mencerminkan sejauh mana individu melaporkan sendiri pengalaman gejala pengaruh positif dan negatif (Keyes, 2000). Hal tersebut juga dikarenakan konsep subjective well-being terdiri dari tiga dimensi, yaitu perasaan negatif, perasaan positif dan juga kepuasan hidup. Dua yang pertama atau perasaan positif dan perasaan negatif merupakan evaluasi afektif, yang juga dikenal sebagai emotional well-being (EWB) atau subjective emotional well-being (SEWB), sedangkan yang kedua adalah evaluasi kognitif (Diener dan Lucas dalam Simsek, 2011).
Dalam prinsip salah satu kebudayaan, mengatakan bahwa dalam kehidupan diisi oleh sepuluh ribu kesenangan dan juga sepuluh ribu kesedihan, yang dimaksudkan yaitu bahwa sebagai manusia kita akan mengalami dan merasakan adanya dua hal tersebut, yaitu kebahagiaan serta kesedihan. Emotional well- being direfleksikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat menerima dua hal tersebut, untuk mengetahui bahwa dalam kehidupan diisi oleh perasaan bahagia dan juga kesedihan. Kualitas utama dari adanya emotional well-being adalah kemampuan untuk dapat mengontrol emosi dan reaksi, kemampuan untuk terhubung dengan perasaan diri, bagaimana kita dapat bangkit setelah berada dalam kondisi emosi yang sulit, kesediaan untuk membangun hubungan yang kuat dan saling terhubung, serta kemampuan untuk menjalani kehidupan yang produktif dan juga memuaskan (Kobrin, 2012). Secara umum emotional well-being juga mengacu pada keseluruhan fungsi emosional (Kobrin, 2012). Kesejahteraan emosional atau terkadang disebut kesejahteraan hedonis atau


kebahagiaan yang dialami, mengacu pada kualitas emosional dari pengalaman sehari-hari seseorang, frekuensi dan intensitas pengalaman kegembiraan, daya tarik, kecemasan, kesedihan, kemarahan, dan kasih sayang yang membuat hidup seseorang menyenangkan atau tidak menyenangkan (Kahneman & Deaton, 2010). Hampir serupa dengan hal tersebut, emotional well-being juga didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk merasa nyaman dengan dirinya sendiri, menjalin hubungan dengan orang lain, mengatasi kekecewaan, stress, pemecahan masalah, merayakan kesuksesan ataupun membuat suatu keputusan (Page & Page, 2003). Definisi lain mengenai emotional well-being yaitu merupakan kondisi perasaan positif dan juga perasaan negatif yang dialami oleh individu dalam kurun waktu tertentu. Seorang individu dapat dikatakan sejahtera yaitu apabila perasaan positif cenderung lebih sering dialami dan dirasakan bila dibandingkan dengan perasaan negatif (Jembarwati, 2017)


Selain itu juga ada hasil pelaksanaan program kerja yang dilakukan penulis hasil penelitian yang diperoleh penulis menunjukkan bahwa psikoedukasi tentang emotional well being dapat membantu pasien di Yayasan Kanker Cabang Koordinator Jawa Timur memberikan dampak positif dalam mengelola emosional mereka. Melalui program ini, minat dan keinginan pasien dalam proses kesembuhan semakin meningkat. Mereka mulai memahami cara mengelola emosi yang tepat dan cara mengaplikasikannya. Selain itu, dukugan dari mahasiswa dapat meningkatkan harapan serta motivasi yang dimiliki pasien meningkatkan semangat dalam pengobatan. Mereka menjadi lebih percaya diri
dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan berinteraksi dengan teman seperjuangannya. Hal ini terlihat ketika pasien sharing tentang pengalamannya serta saling mensupport pasien yang lainnya. Dari beberapa penelitian dari para ahli serta penulis dapat disimpulkan bahwa psikoedukasi emotional well being dapat memberikan dampak positif bagi pasien dalam proses pengobatan untuk kesembuhannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun