Ada yang cepat ada yang lambat, itu hal yang mungkin saja terjadi. Bahkan perbedaan itu bisa jadi sangat jauh dan tajam. Siswa yang lamban sekali dalam menyesuaikan diri dengan kedisiplinan, barangkali anak ini memiliki latar belakang tertentu yang perlu dikaji mendalam dan membutuhkan empaty untuk tetap dibimbing agar menjadi memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri.Â
Anak yang tidak disiplin. Bisa jadi ini ada problem yang membuat dirinya susah dan lamban menyesuaikan diri. Kesabaran dan ketekunan untuk mendalami secara lengkap menjadi lebih penting ketimbang melemparkan sikap emosional apalagi pemaksaan yang melukai secara psikologis maupun fisik anak didik yang memang masih membutuhkan pertolongan pendidikan.Â
Ada baiknya, terhadap anak-anak yang belum memiliki kemampuan untuk cepat menyesuaikan diri dalam hal kedisiplinan, kita mungkin perlu justru mengedankan empaty dan simpaty kepada mereka.Â
Sebab anak ini membutuhkan pertolongan yang lebih. Bukan amarah, dan ancaman. Anak anak semacam ini siapa tahu membutuhkan senyuman dari kita, karena sesungguhnya mereka sedang minta pertolongan karena ada banyak masalah yang sesungguhnya ia hadapi.
Menghadapi anak tidak disiplin dengan amarah, mungkin sepintas kelihatan berhasil. Anak terpaksa melakukan karena takut dan kuatir diperlakukan yang tidak baik lagi kepada dirinya. Tetapi essensi persoalan yang mendasar dari dirinya belum tentu terselesaikan dan terbantukan. Kecuali kita justru menambah beban penderitaannya.
Memberikan senyuman pada anak yang tidak disiplin tidak berarti memberikan pembenaran. Senyuman berarti simbol empaty dan simpaty untuk memberikan sinyal kepada anak bahwa kita siap membantu memberikan pertolongan untuk semua hambatan dan masalah kehidupan yang dialami. Nah semoga tulisan kecil ini bermanfaat. Tidak bermaksud menggurui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H